Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Kritikan Fraksi PDI-P soal Program Dinilai Politis oleh Sandiaga

Kompas.com - 16/07/2018, 07:44 WIB
Jessi Carina,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) bukan partai pendukung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Wakil Gubernur Sandiaga Uno pada Pilkada DKI 2017. Ketika kini Anies dan Sandiaga menjabat, partai tersebut melalui fraksinya di DPRD DKI kerap melontarkan kritik terhadap kebijakan Anis-Sandi.

Salah satu orang yang paling keras mengkritik adalah Ketua Fraksi PDI-P di DPRD DKI yaitu Gembong Warsono. Beberapa waktu lalu, Gembong mengkritik program transportai unggulan Anies-Sandi yaitu OK Otrip.

"OK Otrip itu program gagal. Sampai pertengahan tahun target gubernur itu sekitar 2.000 angkot yang gabung, tetapi sekarang baru 100-an," ujar Gembong saat mengkritik salah satu program unggulan Anies-Sandi, Sabtu (14/7/2018) lalu.

Baca juga: Fraksi PDI-P Bilang OK Otrip Program Gagal, Setengah Target Pun Belum Tercapai

Saat ini tepatnya baru 123 armada angkutan umum yang bergabung dengan OK Otrip. Padahal targetnya tahun ini adalah 2.609 armada.

Uji coba OK Otrip sudah dilakukan dua kali. Pertama pada 15 Januari sampai 15 April, kemudian diperpanjang lagi sampai 15 Juli.

Bukan hanya soal OK Otrip. Gembong juga mengkritik perjalanan dinas Sandiaga ke Amerika Serikat (AS). Karena seringnya Anies dan Sandiaga ke luar negeri, Gembong mengatakan perjalanan mereka hanya jalan-jalan saja.

"Kalau untuk era sekarang saya rasa sudah enggak perlu. Karena persoalan yang ada di suatu negara bisa kita pelajari lebih detail kalau kita memanggil mereka ke sini, ahli dari sana hired ke sini. Jadi ya itu jalan-jalan saja-lah," ujar Gembong.

Dinilai politis

Wakil Ketua Bapilu DPD PDI-P Jakarta, Gembong Warsono, Restoran Bunga Rampai, Jakarta, Senin (8/8/2016).Kahfi Dirga Cahya Wakil Ketua Bapilu DPD PDI-P Jakarta, Gembong Warsono, Restoran Bunga Rampai, Jakarta, Senin (8/8/2016).
Kritikan Gembong dinilai bernuansa politis oleh Sandiaga. Menurut dia, Fraksi PDI-P kini memiliki peran sebagai oposisi dalam pemerintahan Anies-Sandiaga. Karena itu semua kebijakan Anies dan Sandiaga pasti dicap negatif.

"Ini kan politik, PDI-P lagi menjalankan tugas politiknya sebagai partai yang, apa yang Anies-Sandi lakukan pasti dibilang salah. Dan enggak apa-apa, it's oke," ujar Sandiaga.

Soal OK Otrip, Sandiaga telah menjelaskan alasan target belum tercapai. Salah satunya adalah karena belum ada kesepakatan soal tarif rupiah per kilometer antara PT Transjakarta dan operator angkot. Tarif yang belum disepakati itu pula yang membuat belum semua operator mau bergabung di bawah OK Otrip.

Baca juga: Sandiaga : Apa Saja yang Kami Lakukan Pasti Dibilang Salah Oleh PDI-P

Selain soal tarif rupiah per kilometer, jarak tempuh yang harus dipenuhi para sopir angkot per hari juga belum menemui kesepakatan. Itu terjadi di Tanah Abang di mana sejumlah trayek tak bisa memenuhi kewajiban 150 kilometer per hari.

Meski masih menemui kendala, Sandiaga merasa seharusnya program itu tidak langsung dicap gagal.

"Tapi mekanisme menyebutkan gagal itu saya rasa terlalu harsh ya, terlalu menjatuh-jatuhkan diri sendiri," ujar Sandiaga.

Sandiaga juga gemas ketika agenda perjalanan dinasnya ke Amerika disebut jalan-jalan saja. Pada perjalanan dinas berikutnya ke Moskwa di Rusia, dia berniat mengajak Gembong ikut serta.

"Saya sampaikan silakan ikut. Jadi bisa dilihat betul-betul apa memang ini sesuai dengan efektivitas atau nggak," ujar Sandiaga.

Namun Gembong menolak ajakan itu. Bagi dia, tetap saja kegiatan itu hanya untuk jalan-jalan.

"Tadi sore saya dihubungi orang KDH yang bilang bahwa Pak Sandi mengajak saya untuk berangkat ke Moskwa. Saya langsung bilang tidak mau. Karena bagi saya nuansanya tetap jalan-jalan," kata Gembong. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com