Fase developer, kata Aun, digunakan untuk menimbulkan gambar yang terekam dalam film. Untuk itu, ia membutuhkan zat kimia bernama bromide.
"Cairan ini membantu mengembangkan emosi yang ada di kertas. Jadi, bayangan yang terekam di kertas dimunculkan di fase developer itu," kata Aun.
Menurut Aun, semakin lama kertas foto direndam ke dalam cairan bromide, maka gambar yang terekam akan semakin terekspos.
"Di sini kita belajar sensitivitas, belajar proses kimia juga bagaimana cairan ini mempengaruhi kertas muncul gambar. Kita bisa tentukan sendiri mau under expose atau over expose," kata dia.
Menariknya, hasil foto baru bisa diketahui setelah seluruh proses pencucian selesai dilakukan. Oleh karena itu, sensitivitas dan perhitungan yang tepat penting dimiliki selama di dalam kamar gelap.
Baca juga: Para Pelajar Ciptakan Kamera Lubang Jarum
Apabila merasa gambar yang timbul sudah cukup, proses pencucian bisa masuk ke fase selanjutnya yaitu stop bath.
"Di develop, foto itu terus menerus berkembang. Kalau berkembang terus kan bisa over expose. Jadi, ketika kita merasa sudah cukup, kita masukkan ke stop bath," kata dia.
Dalam fase ini, zat kimia NaCl atau cuka dapur digunakan untuk menghentikan fase develop. Setelah itu, barulah masuk ke fase fixer.
"Fixer ini gunanya untuk pengawet. Jadi, reaksinya hanya pada develop dan stop bath, selanjutnya foto diawetkan pakai fixer," kata Aun.
Setelah itu, foto dibilas menggunakan air biasa untuk menghilangkan zat kimia yang tersisa. Dengan ini, selesai lah proses pencucian foto hasil kamera lubang jarum yang berupa foto negatif hitam-putih.
Aun menyebut, proses pencucian tidak memakan waktu lama. "Paling satu menit kurang lah. Di developer 30-50 detik, stop bath 20 detik, kemudian di fixer baru lama karena sudah jadi kan, tinggal mengawetkan," kata dia.
Aun dan Ahdan menjadi instruktur bagi 35 anak dari keluarga tidak mampu di Lebak Bulus, yang dilatih membuat kamera lubang jarum.
Anak-anak itu diharapkan bisa memanfaatkan barang di sekitar mereka untuk menyalurkan minat dan bakat mereka, serta menjadi sumber pemasukan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.