Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seorang Pemuda Diduga Dianiaya Pamdal Lapangan Banteng

Kompas.com - 20/08/2018, 14:47 WIB
David Oliver Purba,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang pemuda bernama Ali Achmat Fiarmansyah (20) alias Iyan diduga telah dianiaya sejumlah petugas pengamanan yang menjaga Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Sabtu (18/8/2018) lalu setelah ditutuduh sebagai pencuri.

Pihak keluarga menyatakan, Iyan merupakan seorang penderita epilepsi. Dalam sebuah pengumum di media sosial, saat Iyan dinyatakan hilang dari rumah dan belum ditemukan, pihak keluarga menyebutkan, pemuda itu merupakan orang berkebutuhan khusus.

Kakak Iyan, Sari mengatakan, penganiayaan itu mengakibatkan Iyan menderita luka lebam di seluruh wajah, serta luka bekas sudutan puntung rokok di seluruh tubuh.

"Adik saya habis dianiaya seperti binatang oleh petugas. Wajahnya lebam, sudutan di seluruh tubuh. Bahkan waktu saya ke sana masih ada tembakau," kata Sari saat ditemui Kompas.com di Polres Jakarta Pusat, Senin siang.

Baca juga: Kasatpol PP: Sebelum Dianiaya, Pria Berkebutuhan Khusus Diteriaki Maling

Sari menceritakan, kejadian bermula saat Iyan pergi dari rumah Jumat pagi pekan lalu. Iyan biasanya pergi tanpa pamit dan pada sore hari pulang kembali ke rumah di Jalan Cempaka Putih Utara.

Namun, hingga Jumat malam Iyan belum pulang. Pihak keluarga kemudian mencari dia ke sejumlah lokasi, termasuk ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Namun Iyan tak ditemukan.

Keluarga lalu memasang pengumuman di media sosial tentang Iyan yang tidak pulang ke rumah. Dalam pengumuman itu disebutkan bahwa Iyan merupakan orang berkebutuhan khusus.

Sabtu pagi hingga siang, keluarga melanjutkan pencarian hingga ke Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya, Jalan Kembangan Raya, Jakarta Barat. Saat Sari tiba di panti, petugas panti menyatakan, Iyan berada bersama mereka. Namun, sebelum dipertemukan, petugas menanyakan kondisi Iyan saat pergi dari rumah.

"Saya kan enggak lagi tinggal di rumah, saya tanyakan ke orang rumah. Badannya bersih kok. Tiba-tiba dikirim ke saya foto badan Iyan. Saya terkejut badannya habis dipukuli, sudutan rokok. Wajahnya bengkak, mata ada darahnya. Dan tangannya habis diborgol," ujar Sari.

Sari mengatakan, pihak panti menerima Ian dengan kondisi seperti itu dari petugas pengamanan di Lapangan Banteng.

Baca juga: Dinsos Bantah Pria Berkebutuhan Khusus Disundut Rokok di Panti

"Saya terkejut. Dia langsung merangkul saya. Dia takut," ujar Sari.

Sari mengatakan, berdasarkan keterangan Iyan, dia dipukuli karena diduga sebagai pencuri. Petugas menemukan uang Rp 2,4 juta dari kantong Iyan dan uang itu diduga sebagai hasil curian.

Sari mengatakan, uang tersebut sebenarnya hasil kerja keras Iyan. Sehari-hari Iyan memungut botol plastik dan membantu mengangkat barang orang yang pindahan. Iyan, kata Sari, biasa membawa uang sebanyak itu dibanding menyimpannya di rumah.

"Itu hasil keringat dia sendiri. Tapi kenapa dituduh maling," kata Sari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Pekerja Proyek Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan, Diduga Tak Pakai Alat Pengaman

Pekerja Proyek Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan, Diduga Tak Pakai Alat Pengaman

Megapolitan
Pendaftar Masih Kurang, Perekrutan Anggota PPS di Jakarta untuk Pilkada 2024 Diperpanjang

Pendaftar Masih Kurang, Perekrutan Anggota PPS di Jakarta untuk Pilkada 2024 Diperpanjang

Megapolitan
Pekerja Proyek Diduga Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Pekerja Proyek Diduga Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
25 Warga Depok Tertipu Investasi Emas 'Bodong', Total Kerugian Capai Rp 6 Miliar

25 Warga Depok Tertipu Investasi Emas "Bodong", Total Kerugian Capai Rp 6 Miliar

Megapolitan
Pelanggan Minimarket: Ada atau Enggak Ada Jukir, Tak Bisa Jamin Kendaraan Aman

Pelanggan Minimarket: Ada atau Enggak Ada Jukir, Tak Bisa Jamin Kendaraan Aman

Megapolitan
4 Bocah Laki-laki di Cengkareng Dilecehkan Seorang Pria di Area Masjid

4 Bocah Laki-laki di Cengkareng Dilecehkan Seorang Pria di Area Masjid

Megapolitan
KPU DKI Bakal 'Jemput Bola' untuk Tutupi Kekurangan Anggota PPS di Pilkada 2024

KPU DKI Bakal "Jemput Bola" untuk Tutupi Kekurangan Anggota PPS di Pilkada 2024

Megapolitan
Sudirman Said Bakal Maju Jadi Cagub Independen Pilkada DKI, Berpasangan dengan Abdullah Mansuri

Sudirman Said Bakal Maju Jadi Cagub Independen Pilkada DKI, Berpasangan dengan Abdullah Mansuri

Megapolitan
Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Sempat Masuk ke Rumah Korban

Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Sempat Masuk ke Rumah Korban

Megapolitan
Kondisi Terkini TKP Pengendara Motor Tewas Ditabrak Angkot, Lalu Lintas Berjalan Normal

Kondisi Terkini TKP Pengendara Motor Tewas Ditabrak Angkot, Lalu Lintas Berjalan Normal

Megapolitan
KPU DKI Jakarta Terima Konsultasi 3 Bacagub Jalur Independen, Siapa Saja?

KPU DKI Jakarta Terima Konsultasi 3 Bacagub Jalur Independen, Siapa Saja?

Megapolitan
Bakal Maju di Pilkada Depok, Imam Budi Hartono Klaim Punya Elektabilitas Besar

Bakal Maju di Pilkada Depok, Imam Budi Hartono Klaim Punya Elektabilitas Besar

Megapolitan
Seorang Pria Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar

Seorang Pria Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com