Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Bayi Togu yang Lahir Tanpa Langit-langit Rongga Mulut

Kompas.com - 23/08/2018, 09:39 WIB
Ryana Aryadita Umasugi,
Dian Maharani

Tim Redaksi

Akhirnya, berkat saran dokter yang menangani persalinan, Bayi Togu dibawa ke RSPON semenjak awal bulan Agustus lalu.

"Di RSPON ini dari Agustus. Harusnya sudah dari usia 4 bulan dibawa tapi ini baru pas 6 bulan," ucapnya.

Dari hasil CT Scan di RSPON, diketahui bahwa otak Togu dalam kondisi gawat karena terjepit tempurung kepala.

"Di RSPON hasilnya otaknya kejepit yang dibelakang jadi menunjang kedepan. Lama-lama nanti otak dibagian depan membesar karena di belakang terjepit," ujar ibu bayi Togu.

Butuh dana besar

Dengan kondisinya yang cukup parah ini, dana yang dibutuhkan pun sangat besar.

Untuk biaya operasi memang telah dijaminkan oleh BPJS, namun kabar pahit datang untuk kedua pasangan guru honorer tersebut.

Anak bungsu mereka harus menggunakan alat operasi bagi pembedahan wajah senilai 60 juta dan hanya bisa diimpor dari luar negeri.

"Operasinya memang ditanggung BPJS, tapi untuk impor alatnya itu dari Eropa. Harus sediain uang 60 juta biar nanti pas tindakan kita butuh harus ada dana, sedangkan saya masih guru honorer belum pegawai," ujar Aelpi.

Padahal alat tersebut sangat dibutuhkan anaknya untuk memperbaiki struktur wajah.

Baca juga: Bayi Tanpa Tempurung Kepala Lahir di Pekanbaru

Dapat bantuan dermawan

Kehidupan memang tak selamanya pahit. Inilah yang dirasa oleh Johnson dan Aelpi. Disaat membutuhkan dana besar, ada dermawan yang menolong melalui campaign yang dibuat untuk Togu.

Seorang Dermawan Andi Budiman, membuat kampanye penggalangan dana di KitaBisa.com untuk membantu meringankan beban keluarga ini dan untuk menyelamatkan Togu.

Andi Budiman sendiri merupakan jemaat satu gereja dengan Johnson. Ia awalnya tak ingin menceritakan kondisi anak dan kebutuhan operasi, namun justru para jemaat gereja menyadari ada masalah dari diri Johnson

"Jadi di gereja itu kan ada pelayanan, cuma pas awal memang saya tidak pernah cerita soal anak saya, saya selalu bilang keadaannya baik. Tapi mereka perhatikan saya hari demi hari makin kurus, mereka tanya ada apa? Akhirnya saya cerita," ujarnya.

"Pas Pak Andi juga pelayanan di situ akhirnya pak Andi bikin campaign itu, disuruh WA yang saya butuhkan. Pak Andi bilang 'lanjutkan pengobatan jangan kecewa, harus pesan alat itu," kisah Johnson.

Kini orang tua Togu sedikit bernapas lega sembari menunggu uluran tangan para dermawan lewat campaign tersebut.

"Puji Tuhan doa terjawab saya berterima kasih untuk Pak Andi dan semua yang bisa bantu. Setidaknya ada beban yang berkurang. Sekarang saya berpikir untuk operasi berjalan," tutup Guru SDN Kelapa Dua Ciracas ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com