JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang pria tua di sebuah gerobak nasi goreng tampak sibuk mengaduk masakan di tengah kerumunan warga yang juga asyik memperhatikannya, Kamis (6/9/2018) malam. Meski telah berumur, tangan pria itu masih cekatan mengaduk masakan sambil memasukan berbagai racikan untuk memperlezat masakannya.
Dia adalah Amos (68) penjual nasi goreng dengan nama "resmi" Masakan Singkawang Kalimantan Barat.
Menu nasi goreng racikan Amos banyak diminati pembeli belakangan ini setelah keberadaannya viral di media sosial. Orang bahkan rela antre hinga dua jam atau lebih untuk merasakan nasi goreng racikannya.
Saat Kompas.com mendatangi gerobak nasi goreng Amos semalam, istrinya, Cut Moi yang berumur hampir sama dengan Amos, berdiri di samping Amos dan sibuk membantu membungkus pesanan para pembeli.
Baca juga: Pembeli Rela Antre 2 Jam demi Nasi Goreng Singkawang
Gerobak nasi goreng Amos seperti gerobak nasi goreng di pinggir jalan pada umumnya. Ada nama gerobak, jenis makanan yang disajikan, serta harga makanan per porsi. Tempat yang dijadikan sebagai lapak juga tidak spesial.
Gerobak nasi goreng itu terletak di ruas Jalan Kepu Timur, Kemayoran, Jakarta Pusat yang biasa digunakan sebagai jalan alternatif.
Peralatan dan bumbu masakan yang digunakan juga biasa saja. Ada penggorengan yang terlihat sudah hitam karena digunakan. Ada bahan masakan seperti nasi, mie, sayur, ayam, dan udang.
Kompas.com menunggu lima jam untuk bisa mewawancari istri Amos, Cut Moi. Sejak pukul 17.00 hingga 21.00, keduanya sibuk melayani pelanggan.
Cut Moi mengatakan, ia sudah lebih dari 30 tahun berjualan nasi goreng bersama suaminya, Cut Moi berpindah-pindah tempat berjualan. Namun, semuanya di Jakarta Pusat.
"Sudah lama jualan, 30 tahun lebih. Dulu pindah-pindah, dulu lamanya di Kroya. Kalau enggak ya mau kerja apa," kata Cut Moi.
Ia bersama sang suami berjualan mulai Senin hingga Sabtu. Minggu merupakan hari libur bagi pasangan itu. Lapak mereka dibuka pukul 16.00 hingga pukul 21.00.
Dalam sehari, Cut Moi dan suaminya bisa menjual puluhan porsi masakan. Masakan yang dijual di gerobaknya tidak hanya nasi goreng, ada kwetiuew, capcay, dan mie goreng.
Viral
Cut Moi mengatakan, keberadaan gerobak mereka menjadi viral dua pekan belakangan ini, padahal mereka telah menempati lokasi dagang saat ini sekitar 8 bulan. Awalnya, pembeli yang datang terbilang normal. Tak ada antrean atau keramaian seperti yang terjadi saat ini.
Namun, seiring menyebarnya informasi di media sosial, pembeli yang datang mulai banyak, bahkan jumlahnya mencapai puluhan.
Agar pembelian berlangsung tertib, diberlakukan sistem antrean. Jumlah masakan yang bisa dibeli untuk satu nomor antrean juga dibatasi. Satu nomor antrean dibatasi hanya boleh beli empat porsi.
Sebelum ramai pembeli, jumlah porsi yang dibeli untuk satu orang bisa mencapai 20 porsi.
Kini mereka juga tidak lagi melayani pesanan via telepon. Cut Moi mengatakan, sejak keberadaan gerobak Singkawang viral, banyak permintaan pesanan yang masuk via telepon. Namun, karena begitu ramai, Cut Moi tak lagi melayani pesanan via telepon.
Dia mengatakan, ada ratusan panggilan telepon pesanan yang tak pernah diangkat oleh dirinya. Nomor telepon yang sebelumnya terpampang di gerobak, telah dihapus.
"Pusing saya, banyak telepon-telepon. Enggak ada diangkat, biarin aja," ujar Cut Moi.
Berdiri selama 5 jam
Ramainya pembeli membuat Cut Moi dan Amos harus berdiri selama lima jam untuk melayani pelanggan. Tak ada waktu bagi keduanya untuk duduk atau sekedar beristirahat sejenak.
Sebelum lapak dibuka, ada belasan orang yang telah menunggu. Pembeli terus berdatangan hingga malam hari bahkan ketika nasi goreng atau masakan lain telah habis.
Meski beridir lama, Cut Moi menilai hal tersebut biasa saja. Dia mengaku senang melakukannya karena sudah bagian dari hidupnya.
"He he he..., biasa aja sih. Capek ada, tapi enggak masalah," kata Cut Moi.
Cut Moi bersama Amos memiliki anak-anak yang cukup sering membantu mereka berjualan ketika malam hari.