Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hampir Tiga Tahun di Penampungan, Pedagang Pasar Blok A Keluhkan Omzet Merosot

Kompas.com - 01/10/2018, 20:38 WIB
Nibras Nada Nailufar,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Pedagang Pasar Blok A, Jakarta Selatan, yang kini berjualan di tempat penampungan sementara (TPS) di Jalan Sungai Sambas, mengeluhkan omzet yang terus merosot.

Pedagang sayur di sana, Yani, bercerita sejak pindah ke TPS tiga tahun lalu, ia tak pernah mengambil banyak barang.

"Saya saja dari pagi cabai rawit sekilo belum ada yang beli satu pun," kata Yani, kepada Kompas.com, Senin (1/10/2018) siang.

Yani mengatakan, ia tetap bertahan lantaran punya pembeli yang berlangganan dan membeli dalam jumlah besar. Namun, untuk pembeli eceran, sangat jarang ditemui.

Baca juga: Pembangunan Kembali Pasar Blok A Fatmawati Mangkrak

"Kalau di Pasar Blok A kan warga menengah ke bawah, jadi banyak yang belanja ke pasar. Kalau di Sambas, ya orang-orang kaya kelas atas semua, enggak ada yang belanja," ujar Yani.

Hal yang sama disampaikan Sigit, yang juga berjualan bahan pangan. Sigit menghitung, sejak pindah ke TPS, omzetnya turun drastis.

"Omzet turun 50 persen ada lah, enggak sampai Rp 100.000, sering nombok malah," kata Sigit.

Selain itu, Sigit mengaku, tak nyaman berjualan di TPS. Lokasinya yang tak sebagus bangunan lama, diyakininya membuat warga malas berbelanja ke pasar.

Anto, pedagang kelapa mengaku, sudah sering menanyakan kapan Pasar Blok A segera dibangun kembali.

Sebab, tahun lalu tepatnya 21 Juni 2017, sudah dilakukan groundbreaking pembangunan pasar yang terintegrasi dengan hotel dan stasiun mass rapid transit (MRT).

"Tanggal 28 Oktober 2018 ini genap tiga tahun kita pindah, sampai sekarang enggak ada pembangunan apa-apa tuh," kata Anto.

Baca juga: Jokowi dan Delegasi IMF Berkunjung ke Pasar Blok A Tanah Abang

Anto kemudian menunjukkan lantai dua TPS yang hampir sebagian besar kosong. Tak lebih dari 10 kios penjahit dan perabotan yang bertahan.

"Teman-teman sudah banyak yang gulung tikar karena rugi jualan di sini," kata Anto.

Kendati pedagang hanya membayar Rp 35.000 untuk menyewa kios di TPS dan jauh lebih murah dari biaya sewa Rp 150.000 di gedung lama, Anto tetap berharap gedung baru segera dibangun.

"Kasihan pedagang ini terkatung-katung," kata dia.

Di lahan bekas gedung Pasar Blok A, tampak tak ada pembangunan. Lahan masih kosong dan menjadi tempat pembuangan sampah.

Humas PD Pasar Jaya Amanda Gita mengakui pembangunan terkendala proyek MRT dan perizinan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com