Anak ketiga dari empat bersaudara itu hanya tidur di rumah, diasuh oleh ibunya karena tak bisa beraktivitas layaknya kakak dan adiknya yang terlahir normal.
Namun, setelah ibunya meninggal dunia, Budi tak ingin menambah beban ayahnya. Ayahnya yang berusia 70 tahun itu kemudian kembali ke kampung mereka di Pemalang, Jawa Tengah.
Sementara itu, saudaranya sudah berkeluarga dan enggan menampung Budi.
"Dulu pernah hidup bareng, aku ikut sama dia (kakak dan adiknya). (Tapi mereka bilang) 'Kalau saya diikutin kamu, nanti hidup saya bagaimana, tambah susah. Mereka enggak mau disusahin," kata Budi.
Baca juga: Cerita Petani Bunga Matahari di Pinggir Kali Pesanggrahan...
Ia sempat merasakan tinggal di panti selama tujuh bulan karena tertangkap ketika mengemis dulu.
Sayangnya, ia tak nyaman hidup di panti. "Penginnya ya tinggal sendiri, cari uang sendiri, namanya tuntutan hidup," kata Budi.
Meski dikucilkan saudara-saudaranya, Budi tetap merindukan mereka. Dengan hidup yang terbatas, Budi masih bisa menolong saudara-saudaranya yang kesusahan uang.
"Saya di Jakarta sebatang kara walaupun saudara di sini semua, tetapi enggak ada saudara mau datang. Di Tangerang ada, di Ancol ada, Cengkareng, bahkan Ciepet juga ada. Tapi enggak ada yang mau main ke rumah. Kadang-kadang saja kalau mau pinjam duit," ujar Budi.
Dalam menjalani hidup, Budi tak pernah berharap pertolongan keluarga, pemerintah, atau orang lain.
Ia bersyukur masih bisa bertahan hidup dan kadang-kadang menerima uang lebih dari pembelinya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.