Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DKI Targetkan Tak Lagi Bergantung ke Bantargebang 3-4 Tahun ke Depan

Kompas.com - 22/10/2018, 19:10 WIB
Nursita Sari,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Provinsi DKI Jakarta diharapkan tidak lagi bergantung pada Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi untuk membuang sampah dalam 3-4 tahun ke depan.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Isnawa Adji mengatakan, saat ini Jakarta membuang sampah ke TPST Bantargebang yang jumlahnya mencapai 7.000-an ton per hari.

"Ini harapan kita. Jadi, dalam 3-4 tahun, Jakarta akan mandiri. Artinya, enggak bergantung lagi dengan (TPST) Bantargebang," ujar Isnawa di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Senin (22/10/2018).

Baca juga: Pepen Pastikan Tak Ada Truk Sampah DKI yang Tertahan Menuju TPST Bantargebang

Isnawa menyampaikan, DKI Jakarta tidak bisa selamanya bergantung pada TPST Bantargebang.

Apalagi, berdasarkan hasil studi Dinas Lingkungan Hidup DKI, masa hidup (lifetime) TPST Bantargebang paling tidak hanya sampai 2022.

"Hasil studi kita, Bantargebang itu lifetime-nya tinggal di 2021 atau 2022 karena kandungan sampahnya sudah mendekati 39 juta ton, ketinggiannya sudah hampir di atas 30 meter," kata dia.

Kondisi itu dikhawatirkan mengakibatkan TPST Bantargebang longsor kala musim hujan dan kebakaran kala musim kemarau.

Oleh karena itu, DKI Jakarta harus memiliki tempat pengolahan sampah mandiri sebelum lifetime TPST Bantargebang berakhir.

"Jadi, betul-betul memang enggak ada pilihan, Jakarta harus punya pengolahan sampah yang mandiri dalam kota," ucap Isnawa.

Untuk merealisasikan pengolahan sampah mandiri, Pemprov DKI melalui BUMD PT Jakarta Propertindo akan membangun fasilitas pengolahan sampah atau intermediate treatment facility (ITF) di Sunter, Jakarta Utara, pada Desember 2018.

Selain itu, Pemprov DKI memiliki wacana untuk membangun beberapa ITF lainnya di Jakarta.

Baca juga: 110 Hektar hingga 7.000 Ton Sampah Per Hari, Ini 5 Fakta TPST Bantargebang

Banyak hal yang harus dikaji sebelum pembangunan direalisasikan, mulai dari kajian soal senyawa dioksin/furan, fly ash bottom ash (abu terbang dan abu tidak terbang) yang merupakan sisa pengolahan sampah, hingga memastikan status lahan tidak bermasalah.

Isnawa tidak bisa memastikan kapan pembangunan ITF lainnya direalisasikan.

"Di luar (ITF) Sunter, kita akan membangun. Pilihannya 3 atau 4, kita belum tahu, masih ada kajian itu, tetapi harus punya, enggak mungkin cuma punya 1," ucap dia.

Setelah memiliki sejumlah ITF di dalam kota, Jakarta akan mulai mengurangi peran TPST Bantargebang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com