“Secara umum Transjakarta boleh dibilang berhasil karena dapat mempersingkat waktu perjalanan. Itu sebetulnya misi transportasi massal,” Maulana menerangkan.
Meskipun MRT dan BRT berbeda pada banyak aspek, namun pelajaran yang dapat diambil adalah kecanggihan teknologi dan harga tinggi tidak selalu menghasilkan solusi yang efektif. Kuala Lumpur, misalnya, seharusnya menerapkan sistem BRT di sepanjang Federal Highway yang menghubungkan Kuala Lumpur dengan kota-kota di sepanjang garis pantai Malaysia, seperti Kota Klang.
Baca juga: Ongkos Bangun Halte Mahal, PT Transjakarta Pilih Buat Bus Stop
Sementara itu, Ketua Menteri Wilayah Yangon Pyo Min Thein sedikit demi sedikit mencoba mengimplementasikan sistem BRT di Yangon, yang merupakan kota metropolis Myanmar. Terlebih di sepanjang jalan Pyay yang menghubungkan pusat kota dengan daerah utara Yangon.
Transportasi publik di Manila, Filipina yang berpenduduk sebanyak 21,3 juta jiwa memiliki kondisi yang lebih memprihatinkan. Sistem MRT Manila kurang pendanaan, tidak terawat, dan kapasitasnya sangat terbatas, sehingga penumpang harus mengantre hingga dua atau tiga jam untuk dapat masuk ke kereta.
Semestinya BRT dapat membantu mengurai kemacetan di kawasan EDSA (Epifanio de los Santos Avenue—jalan melingkar dengan akses terbatas di sekitar Manila) yang menghubungkan Mikati dengan Psaig dan Quezon City.
Kawasan itu disebut sebagai daerah dengan kemacetan terparah di Asia Tenggara. Memang, solusi untuk problem-problem seperti ini bermuara pada kemauan politik dan pandangan yang inovatif.
Lalu lintas Jakarta sebetulnya masih jauh dari sempurna. Tapi, setidaknya transportasi umum Jakarta, seperti Transjakarta, berhasil menenuhi tujuannya yaitu menyediakan transportasi murah dan cepat.
Meskipun banyak hal masih harus dibenahi, setidaknya Transjakarta cukup sukses menjadi transpotasi umum sebuah kota metropolis.
Inilah yang perlu diperhatikan kota-kota Asia Tenggara dalam menyediakan pilihan sistem transportasi umum. Jakarta dapat menjadi contoh yang baik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.