Peningkatan jumlah pasien itu terjadi karena perubahan cuaca dari kemarau ke musim hujan.
Selain itu, sanitasi lingkungan tempat tinggal warga juga dinilai belum bersih sehingga menjadi pemicu berkembang biaknya jentik nyamuk.
Dengan sanitasi lingkungan yang belum baik serta pengelolaan lingkungan yang belum maksimal, membuat tiga kecamatan ini memiliki kasus DBD terbanyak pada 2018.
Dari 629 kasus tahun 2018, Dinkes Kota Bekasi mencatat ada tiga kecamatan yang paling banyak menyumbang kasus DBD. Ketiganya yakni Kecamatan Bekasi Utara, Bekasi Barat dan Bekasi Timur.
Baca juga: Jagakarsa Paling Rawan DBD di Jakarta Selatan
"Kasus 2018 itu di Kecamatan Bekasi Utara 129 kasus yang meninggal 1, di Bekasi Barat ada 107 kasus, kemudian Kecamatan Bekasi Timur 69 kasus. Ada satu lagi yang meninggal di Kecamatan Jatiasih," kata Dezi.
Tiga daerah itu dinyatakan paling rawan DBD karena kepadatan penduduk yang tinggi.
Seperti di Bekasi Utara yang mulai banyak muncul perumahan-perumahan baru sehingga kepadatan penduduk bertambah.
"Banyak daerah mulai terbuka seperti perumahan baru. Tanah Bekasi kan bukan perbukitan ya, banyak tanah rawa sebenarnya jadi pada saat ada pengerukan tanah itu nyamuk bergeser ke daerah permukiman. Bisa juga mereka tidak baik dalam pengelolaan lingkungannya," ujar Dezi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.