JAKARTA, KOMPAS.com — Roedah (50 tahun) mengaku tak percaya ketika namanya disanjung calon presiden Joko Widodo dalam pidatonya di Sentul International Convention Center, Bogor, Minggu (24/2/2019).
Dalam pidatonya, Jokowi menyebut Roedah adalah perempuan yang sukses lewat program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) dari pemerintah.
"Bu Roedah adalah perempuan Indonesia yang membantu ekonomi keluarga. Dulu pendapatan Rp 20.000-Rp 30.000 per hari. Dengan berdagang serta dibantu program Mekaar, sekarang omzet mencapai Rp 1,5 juta per hari," kata Jokowi saat itu.
Rabu (27/2/2019), Kompas.com menemui Roedah di warungnya yang sederhana di RT 012, RW 004 Cilincing, Jakarta Utara. Roedah bercerita, ia pun kaget saat menerima undangan untuk menghadiri acara pidato Jokowi.
Baca juga: Pidato Kebangsaan, Jokowi Perkenalkan Siti dan Roedah sebagai Contoh Sukses Programnya
"Dari pertama dikasih tau undangannya saja sudah kaget, enggak nyangka masa orang kayak saya diundang ke sana. Saya juga belum tahu acaranya," kata Roedah.
Saat ini, Roedah dan suaminya mengelola sebuah warung bahan pokok yang menjadi sumber penghasilan mereka. Namun, riwayat kehidupan Roedah tak semanis pujian Jokowi.
Sebelum membuka warung pada empat tahun lalu, Roedah bekerja serabutan. Biasanya, ia bekerja sebagai buruh kupas udang di Tempat Pelelangan Ikan Cilincing yang berjarak puluhan meter dari rumahnya.
"Kalau ada pekerjaan ngupas, ya ngupas kerang sama udang, sehari paling gede Rp 30.000 tergantung keberadaan barangnya," ujar Roedah.
Sementara itu, suami Roedah yang bernama Suardi kala itu bekerja sebagai sopir angkot di sekitar Cilincing. Tak jarang suaminya pulang ke rumah dengan tangan kosong.
Saking sulitnya, Roedah juga pernah terjerat jahatnya para rentenir. Roedah pun sempat membuka usaha yang tak bisa bertahan lama.
"Saya sempat jadi tukang kredit baju, jualan baju, terus sempat bangkrut habis modal sama sekali jadi nganggur. Terakhir jualan itu tahun 2009," ucap Roedah.
Kiprah bisnis Roedah sebetulnya telah dimulai sejak ia masih berusia anak-anak dan tinggal di Indramayu, Jawa Barat, puluhan tahun silam.
Roedah cilik rupanya sudah sering membantu orangtuanya yang juga bekerja sebagai pedagang. Setiap hari, ia keliling kampung menjajakan dagangan orangtuanya.
Baca juga: Kisah Soleh, 15 Tahun Keliling Jakarta Tawarkan Jasa Solder Panci
"Kalau emak saya keliling dagang pecel, dagang makanan, emak yang gendog pecelnya, saya bawa yang enggak kebawa, ikutan keliling-keliling sedesa," kata Roedah.
Roedah mengatakan, pengalaman dagang itulah yang menjadi salah satu modal pentingnya dalam membangun usaha, selain pinjaman modal yang diberikan program Mekaar tentunya.
Ia menambahkan, pinjaman yang sudah diperolehnya sebanyak tujuh kali tak berarti dirinya dapat mengelola warung semudah membalikkan telapak tangan.
Omzet sekitar Rp 1 juta per hari tetap harus dikelola Roedah dengan baik. Ada yang dikembalikan ke Mekaar, ada yang dikirim ke kampung untuk menyekolahkan anaknya, serta mengembangkan warungnya.
Roedah memang memulai bisnisnya dari nol saat membuka lapak kecil di depan rumahnya hingga kini warugnya menyediakan berbagai hal hingga tabung gas dan air mineral galon.
"Kami dari tabung gas dua biji, enggak langsung delapan biji, dulu galon satu-satu. Saya enggak sekaligus beli banyak. Jadi kalau ada rezeki satu, beli satu, pasti dari awal dulu bertahap enggak sekaligus," katanya.
Roedah pun masih punya mimpi untuk terus mengembangkan usahanya itu. Ia berharap, dirinya dapat menyekolahkan anak bungsunya hingga perguruan tinggi dan melanjutkan bisnisnya tersebut.
"Pengin warung biar tambah penuh lagi biar bisa nyekolahin anak sampai kuliah jangan sampai SMA doang. Penginnya mah pengin ngebelajarin anak suruh dagang juga," kata Roedah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.