Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Haji Dhani, Puluhan Tahun Jualan Belimbing di Kota Belimbing Depok

Kompas.com - 05/03/2019, 20:19 WIB
Cynthia Lova,
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Kini ikon Kota Depok sebagai Kota Belimbing semakin meredup seiring menyusutnya lahannya pertanian karena menjamurnya perumahan.

Kota Depok terbentuk pada tahun 1999, dengan luas wilayah 20.029 meter persegi.

Kota Depok saat itu meliputi enam kecamatan, yaitu Pancoran Mas, Beji, Sukmajaya, Limo, Sawangan, dan Cimanggis.

Salah satu potensi masyarakat yang tampak berkembang saat itu adalah tanaman belimbing hingga akhirnya Kota Depok ini mendapat julukan sebagai Kota Belimbing.

Berlimpahnya produksi belimbing kini hanya menjadi cerita masa lalu masyarakat Depok. Hal tersebut diceritakan oleh Haji Dhani (76), seorang pedagang belimbing.

Baca juga: Depok Masih Marak Begal, Polisi Imbau Masyarakat Waspada jika Jalan Sendiri

Haji Dhani memiliki satu pohon belimbing yang masih berdiri kokoh di samping rumahnya yang berada di Jalan Furqon, Beji, Depok.

Tidak hanya pohon belimbing, Dhani banyak menanami berbagai jenis buah di kebunnya.

Ia mengatakan, pada tahun 1980-an banyak warga di Depok yang menanami pekarangan rumahnya dengan pohon belimbing.

Rata-rata dahulu satu rumah memiliki lima hingga sepuluh pohon belimbing di pekarangannya.

“Dulu mah saya punya 10 pohon belimbing di pekarangan rumah, sekarang mah punya satu saja sudah syukur ya,” ucapnya di Jalan Furqon, Beji, Selasa (5/3/2019).

Dhani mengatakan, dari kebun belimbingnya ia dapat menyekolahkan empat orang anaknya hingga lulus kuliah dari Universitas Indonesia jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA).

Ia sudah berjualan belimbing keliling Margonda untuk mencari pelanggan selama puluhan tahun. Biasanya ia jual dengan kisaran harga Rp 10.000.

“Wah dulu mah Rp 10.000 saja sudah mahal dan sudah dapat banyak untungnya. Sekarang memang agak berkurang sih,” ucapnya.

Baca juga: Pemkot Depok Ajukan Dana Hibah Rp 400 Miliar untuk Bangun Underpass

Dari uang yang dikumpulkan dengan berjualan belimbing, ia dapat membuka usaha sembako.

“Punya usaha sembako sekarang, sudah ada rumah juga di sini. Dulu mah di depan rumah saya cuma warung biasa. Sekarang alhamdulillah,” ucapnya.

Tidak hanya menjual belimbing, ia juga menjual buah-buah lainnya yang didapat dari kebunnya.

“Jadi misalnya kalau sekarang kan belimbing lagi belum berbuah, saya jualan pisang atau rambutan. Kalau belimbing lagi pada berbuah pasti jualannya belimbing,” ucap pria ini sambil tersenyum.

Meski usianya tak lagi muda, namun semangat Dhani tak kunjung surut untuk mengais rezeki.

Dengan menjadi pedagang belimbing, ia dapat kenal dengan banyak orang. Baik sesama pedagang, sopir angkot, bahkan mahasiswa yang sering menjadi pelanggannya.

Baca juga: Korban First Travel Gugat Negara ke PN Depok

“Oh sering banget setiap jualan pasti ada saja yang diobrolin. Sampai kadang saya jadi tempat ceritanya sopir angkot yang sudah sepi pelanggannya,” ucapnya.

Pria berpeci ini pun tidak berharap banyak dari anak-anaknya. Menurutnya, melihat sepuluh cucu dan empat anaknya sehat adalah suatu kebahagiaan tersendiri.

“Saya mah lihat anak sama cucu pada sehat saja sudah senang banget. Tidak mau ngerepotin, anak juga kalau mau kasih uang cucu jajan juga kan ada uang sendiri,” ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com