Namun, beberapa menit berselang sejumlah pria tak berseragam cukup cekatan mengumpulkan serakan sampah dan membereskan lokasi. Berdasarkan keterangan para pedagang, petugas kebersihan itu merupakan orang-orang suruhan “pengelola”.
Soal keberadaan pengelola yang tak jelas identitasnya itu juga disinggung oleh Kepala Sudin Lingkungan Hidup Jakarta Selatan, Syarifudin.
“Mereka kan ada pengelola kegiatannya, jadi wajib mengelola (sampah) sendiri. Tanggung jawab saya kembalikan, kalau ada kegiatan keramaian sesaat, mereka juga harus menyiapkan sendiri kantong sampahnya,” kata Syarifudin saat dihubungi, Senin malam.
Syarifudin menambahkan bahwa pihaknya hanya melakukan operasi bersih-bersih secara umum seperti hari-hari biasa. Tidak ada upaya ekstra untuk membereskan timbunan sampah dari aktivitas berdagang takjil di Benhil karena aktivitas tersebut memang bukan tanggung jawab mereka.
Para pedagang juga membenarkan hal itu. Ruswandi, misalnya.
“Kami tahunya yang penting beres, bisa nitip meja. Sampah nanti ada yang bersihin sendiri, besok sudah kinclong lagi,” ujarnya.
Nuke yang mengaku telah sepuluh tahun berjualan di Benhil saat Ramadhan menyebut soal biaya sewa kepada seorang koordinator yang menyediakan fasilitas berdagang.
“Kalau di sini, tujuh hari sebelum hari pertama (puasa) itu kita cepat-cepatan, siapa cepat dia dapat. Cuma, kan orang-orang lama biasanya sudah kenal sama koordinator. Jadi tinggal, ‘Bos, kita mau buka lapak’. Bayar sewa bulanan, langsung dikasih,” ungkap Nuke.
Ketika ditanya soal besaran biaya sewa yang perlu disetor, para pedagang kompak menjawab “kurang tahu”, lalu mengalihkan pembicaraan.
Bagaimana pun, Benhil rasanya akan tetap jadi lokasi favorit berburu takjil di Jakarta, setidaknya sampai saat ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.