Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siswa yang Gagal PPDB Online di Bekasi Bisa Berebut Kursi Kosong pada 8-9 Juli

Kompas.com - 03/07/2019, 06:47 WIB
Vitorio Mantalean,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Calon siswa di Kota Bekasi, Jawa Barat, yang tak lolos pada  penerimaan peserta didik baru (PPDB) secara online karena jarak rumah yang jauh dari dua sekolah negeri pilihan, masih punya kans untuk mengenyam pendidikan di sekolah negeri.

Peluang kecil itu bisa didapat melalui kuota sejumlah sekolah negeri yang kemungkinan masih kosong usai penutupan sistem PPDB pada Rabu (3/7/2019) ini pukul 14.30 WIB.

"Mereka masih punya harapan di SMP negeri dengan memanfaatkan bangku kosong tersisa. Kemungkinan sih masih ada, beberapa sekolah yang belum terisi penuh," kata Kepala Seksi SMP Dinas Pendidikan Kota Bekasi Mawardi kepada Kompas.com, Selasa sore.

Baca juga: Sistem PPDB Online Bekasi Terganggu, Jarak Rumah Siswa ke Sekolah Menjauh dan Ada yang Jadi 0 Meter

Namun, kompetisi memperebutkan slot kursi terakhir itu bisa jadi bertambah sengit. Pasalnya, hanya diberlakukan satu jalur masuk, yakni sistem zonasi jarak rumah ke sekolah. Calon siswa bakal berlomba-lomba merebut tempat tersisa di sekolah negeri yang paling dekat dengan kediaman.

"Jalur perpindahan orangtua yang tadinya 6 persen, jalur prestasi 1 persen sudah tidak ada lagi. Disatukan jadi sistem zonasi," kata Mawardi.

Karena itu, ia mengingatkan agar para orangtua murid senantiasa mengecek posisi anak mereka dalam pemeringkatan di sekolah pilihan pertama berdasarkan zonasi. Jika ada kekeliruan jarak, Mawardi mengimbau orangtua murid segera melapor ke kantor Dinas Pendidikan Kota Bekasi.

"Akan kami layani sampai pukul 14.30, sampai tenggat akhir pendaftaran. Cukup bawa kartu keluarga dan tanda bukti waktu verifikasi awal saja," kata dia.

Apabila calon siswa tergusur dari pemeringkatan karena jarak rumah ke sekolah terlalu jauh, ia harus segera mendaftar di sekolah pilihan kedua. Batas waktunya sesuai tenggat akhir PPDB online di Kota Bekasi, yaitu Rabu ini pukul 14.30 WIB.

Baca juga: Jarak Rumah ke Sekolah Tak Sesuai Fakta, Orangtua Murid Protes ke Disdik Kota Bekasi

"Dari hari pertama yang penting dia sudah ter-delete di pilihan pertama, dia boleh daftar pilihan kedua langsung sampai besok jam 14.30," ujar Mawardi.

Apabila kedua upaya tersebut gagal, calon siswa terpaksa banting setir ke sekolah swasta atau berharap pada slot rebutan bangku kosong pada 8-9 Juli ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com