Siti Hapsoh, jemaah haji kloter 17 asal Kabupaten Bogor seperti hendak berangkat perang. Saat kopernya digeledah oleh petugas, berbagai macam bahan makanan langsung berceceran.
Satu yang langsung menyita perhatian ialah seabrek kemasan mi instan, mulai dari kemasan bungkus hingga gelas. Siti mungkin hanya satu dari sekian banyak jemaah haji yang seolah tak bisa lepas dari makanan satu ini.
Baca juga: Akal-akalan Jemaah Haji agar Tetap Bisa Bawa Rokok ke Tanah Suci
Menariknya, Siti tak hanya membawa banyak mi instan. Dia juga membawa beras hingga sebotol minyak goreng berukuran 2 liter. Petugas langsung menyita minyak goreng tersebut karena tak sesuai kualifikasi.
Sayang, Siti menolak diwawancara dan tak mengizinkan isi kopernya dipotret.
Urusan selera makan memang tak bisa dipaksakan. Ketika berkunjung ke luar negeri, raga boleh jadi ada di negeri seberang, tetapi lidah tertinggal di kampung halaman.
Begitu yang barangkali dirasakan Dedeh (60), jemaah haji asal Subang, yang hendak berangkat ke Tanah Suci melalui Asrama Haji Embarkasi Bekasi, Kamis (11/7/2019). Koper Dedeh termasuk salah satu koper yang "bermasalah" di ruangan pemeriksaan karena diduga mengandung barang yang dilarang dibawa.
Uniknya, saat digeledah, justru berbagai bumbu masak khas Nusantara yang tampak menyembul di antara pakaian-pakaiannya.
"Bawa ini nih, ada teri, bawang goreng, sambal botol," kata Dedeh dalam bahasa Sunda sembari menunjukkan sejumlah bumbu masak bawaannya.
Baca juga: Cobek hingga Sambal Terasi Jadi Bekal Jemaah Haji agar Lidah Serasa di Kampung Halaman
"Sudah matang kalau terinya mah," imbuhnya.
Ia kemudian menggali lebih dalam barang bawaan di kopernya untuk mencari rice cooker. Petugas memang melarang benda elektronik, termasuk rice cooker, untuk dibawa terbang ke Arab Saudi. Ketika membongkar kopernya, tercecerlah sejumlah bumbu lainnya.
"Ini gula merah, ada Masako, sama sambel terasi. Namanya juga orang Sunda enggak pas kalau enggak nyambel," kata Dedeh.
Setelah rice cooker dikeluarkan dari kopernya, petugas sempat menemukan sebuah benda pipih dengan diameter sekitar 30cm yang terbungkus kantong plastik.
"Cobek itu, cobek kayu buat nyambel. Bawa juga ulekannya, tapi kecil," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.