JAKARTA, KOMPAS.com - Tak pernah terpikirkan dalam benak Asri Megaratri Pralebda untuk terjun ke dunia forensik yang rutinitasnya memeriksa jenazah korban kecelakaan atau pembunuhan.
Tahun 2016 jadi titik awal Asri menjadi dokter forensik yang bertugas di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.
Asri yang menyelesaikan pendidikan kedokteran tahun 2003 di Universitas Diponegoro itu sebelumnya menjalani karirnya sebagai dokter umum di sejumlah instansi swasta.
Baru tahun 2006, dia menjadi dokter umum di instansi kepolisian untuk membantu operasional polisi.
Baca juga: Dokter Forensik Duga Kuat Jenazah Wanita Terbakar adalah IA
Dokter forensik bukan cita-cita perempuan asal Jakarta itu. Bagi dia, dokter pada dasarnya adalah membantu seseorang untuk sembuh dari penyakit yang diderita. Hal itu membuat Asri senang karena bisa membantu sesama manusia.
"Kalau jadi cita-cita (dokter forensik) sih enggak. Karena kan dulu namanya jadi dokter kan maunya menyembuhkan pasien yah. Cuma karena saya selama bergabung di PNS Polri itu banyak membantu operasional kepolisian yang tugasnya selain pelayanan kesehatan," kata Asri di RS Polri Kramat Jati, Selasa (16/7/2019).
Awalnya, dia kerap membantu proses penyidikan polisi dalam menangani suatu kasus. Dari situ tumbuh kegemaran Asri membantu polisi mengungkap kasus dengan mengidentifikasi atau memeriksa jenazah orang yang jadi korban.
Dia pun tidak melewatkan kesempatan untuk kembali sekolah menjadi dokter spesialis forensik yang dibiayai instansi kepolisian.
"Jadi ada peluang, saya juga suka dan saya berpikir setelah saya selesai (pendidikan spesialis forensik), saya ingin jadi dokter yang bermanfaat di kepolisian," kata Asri yang kini jadi wakil kepala Sentra Visum dan Medikolegal RS Polri Kramat Jati.
Berhadapan dengan jenazah, entah akibat kecelakaan, bencana alam, pembunuhan, atau sebab lainnya telah menjadi rutinitasnya sehari-hari.
Dia mengaku, dari awal tidak takut atau jijik mengautopsi atau memeriksa jenazah. Dia mengemuakan, pekerjaanya itu justeru telah membuatnya semakin menghargai kehidupan yang dijalani.
Baca juga: Laura Basuki Nikmati Peran sebagai Dokter Forensik
"Kita kan akhirnya akan mati, kemudian dengan melihat tubuh manusia bagian dalam itu adalah hasil perbuatan selama kita hidup. Lifestyle kita, seperti perokok maka tubuhnya akan seperti itu, mungkin meninggalnya sakit pernafasan. Itu kan ironi yah," ujar Asri.
Menurut dia, apa yang terjadi pada tubuh manusia merupakan hasil perbuatan manusia itu sendiri. Apa yang dimakan, diperbuat manusia akan berdampak pada kondisi tubuhnya.
Setelah melihat berbagai kondisi organ jenazah, Asri jadi semakin termotivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik dalam menjalani hidup dan berupaya tidak merugikan orang lain.
"Hidup itu harus bisa berbuat baik sebanyak-banyaknya. Manusia itu di dalam sebenarnya kotor, apa yang dimakan, yang perutnya gendut itu kan lemaknya banyak, kita melihat jantung membesar itu ada, ada juga yang meninggal karena tersedak makanan. Jadi apa sih yang dicari dari makan terburu-buru, jadi lebih ke menghargai hidup yah," ujar Asri.
Dia mengatakan, pelajaran yang diperoleh dari menjadi dokter forensik adalah terus berusaha menjadi manusia yang sehat dan menghargai kesempatan hidup yang diberikan Tuhan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.