Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jerit Warga Gusuran di Jakasampurna, Bekasi, yang Tak Punya Lagi Tempat Bernaung

Kompas.com - 26/07/2019, 17:23 WIB
Vitorio Mantalean,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com — Dinaungi rindang pohon, pria paruh baya itu terbangun dari tidur siang di pinggir jalan beralaskan spanduk bekas.

Ia mengamati rumahnya di seberang jalan yang sudah jadi puing-puing akibat digusur Pemerintah Kota Bekasi, Kamis (25/7/2019).

Anaknya tampak berjibaku mencongkel besi-besi kolom di sisa reruntuhan.

"Ya namanya nasib orang kecil," ujar pria itu kepada Kompas.com, Jumat (26/7/2019).

Digusur tanpa merasa pernah diajak diskusi, pria itu menganggap Pemerintah Kota Bekasi telah bertindak dengan tangan besi. Anggapan yang sama jadi alasan pria paruh baya itu tak mau menyebutkan nama, bahkan inisial sekalipun.

"Ada efeknya ke saya pasti," kata dia.

Sebut saja nama pria paruh baya itu sebagai "Ali". Ali mengaku telah menempati tanah yang disebut milik Kementerian PUPR di Jalan Bougenville Raya RT 001 RW 011, Jakasampurna, Bekasi Barat, itu sejak 2000. Kala ia tiba di sana, permukiman belum sepadat kemarin.

Baca juga: Jerit Janda Tua Penghuni Pertama Perumahan Bougenville di Bekasi yang Digusur...

"Saya masih sempat nanam kangkung kok di rawa," kata dia sambil mengarahkan telunjuk ke Casa Alaia Residence, kompleks mewah yang tak digusur pemerintah meskipun berdiri di bantaran sisi kiri DAS (daerah aliran sungai) Jatiluhur.

Adapun rumah dan bengkel tambal ban Ali, bersama 70 bangunan lain yang berdiri di sisi kanan kali, rata dengan tanah hari ini.

"Ahok, gubernur yang keras saja dia masih mau beri penjelasan. Ini mana? Sama sekali kagak, ketemu juga susah, ngilang mulu. Ahok gusur masih ada ngomong walaupun enggak sepakat sama warga. Ini apa? Langsung SP (surat peringatan)," ujar Ali.

"Kami kan ada yang menempati sudah 32 tahun, 20 tahun," ujarnya.

Selain tempat tinggal, satu hal yang remuk dalam praktik penggusuran sepihak oleh pemerintah ialah rasa keadilan warga.

Dalam hati Ali, rasa keadilan itu kian hancur melihat tiga bangunan di ujung jalan masih berdiri kokoh tanpa disentuh alat berat saat penggusuran Kamis kemarin.

R, anak Ali, menyebut dua rumah tersebut dimiliki oleh seorang pengusaha yang tinggal di rumah besar di seberangnya. Satu bangunan lagi merupakan markas pengurus cabang salah satu ormas yang disegani.

Lahan hasil gusuran perumahan warga di Jalan Bougenville Raya RT 001 RW 011, Jakasampurna, Bekasi Barat.Vitorio Mantalean Lahan hasil gusuran perumahan warga di Jalan Bougenville Raya RT 001 RW 011, Jakasampurna, Bekasi Barat.

Puluhan anggota ormas itu menjaga tiga bangunan itu saat penggusuran kemarin, mengenakan seragam khas berwarna loreng-loreng.

Baca juga: Penggusuran di Jakasampurna Bekasi Terhenti Sebelum Rumah Berspanduk Ormas

Maghrib, alat berat yang menyapu rumah warga meninggalkan lokasi penggusuran. Pemerintah Kota Bekasi menyebut, tersisanya tiga bangunan itu "murni masalah waktu" yang kurang.

"Kalau niat baik pasti ngomong (diskusi) sama warga. Kalau ada bisnis di belakang itu, lain cerita. Sosialisasi sama sekali enggak ada. Di dalam daftar gusuran, ada namanya (tiga bangunan tersisa)," Ali menjelaskan.

Ali mengaku akan mengontrak rumah untuk tiga bulan ke depan. Persoalan jadi rumit karena sebelumnya ia tinggal bersama anak dan cucu-cucunya.

"Ngontrak tiga bulan. Enggak sanggup setahun. Saya mah kasihan sama anak-anak sama cucu-cucu, masih pada TK cucu," kata Ali.

Ia berencana membangun rumah kecil di suatu tempat sembari mengontrak. Atas alasan itulah, ia masih bertahan di lokasi penggusuran, coba memungut remah-remah rumahnya yang masih berguna.

"Itu besi kolom yang diambil buat bangun lagi. Hari gini harga besi selangit kalau mau beli. Satu biji sudah berapa duit," ujarnya.

Nasib tak kalah getir dialami Eno (40), kuli bangunan asal Kebumen, Jawa Tengah. Dia sudah menempati lahan yang kini digusur itu sejak 2004.

Ia hanya mampu meratapi figur rumahnya yang kini tinggal bayang-bayang. Semalam, Eno dan rekan terpaksa menginap di mobil bak milik salah satu pengepul barang rongsok. Ketiganya belum tahu ke mana mereka harus meletakkan kepala nanti malam.

"Sementara ya nyari tempat lagi di lahan kosong. Entar bangun sendiri. Belum dapat tempat," kata Eno yang saat ditemui Kompas.com sedang mengumpulkan kayu kaso di lahan bekas rumahnya.

Baca juga: Komnas HAM Sesalkan Pemkot Bekasi Gusur Warga secara Represif

"Bukan rumah, saya mah gubuk," kata dia.

Di rumahnya yang semipermanen, Eno tinggal bersama dua rekan sekampung yang juga bekerja sebagai kuli bangunan. Naas, ia tak sempat menyelamatkan seluruh perabot rumahnya.

Sejumlah bahan bangunan yang sebetulnya berharga baginya membangun rumah baru di tempat lain, seperti genteng, asbes, dan pintu, hancur dilindas ekskavator.

"Enggak sempat, sudah keduluan (alat berat) juga. Tadinya kirain masih dikasih satu minggu gitu. Bongkar isinya saja enggak keburu, belum keambil. Baru ranjang sama lemari. Hancuran asbes mah enggak laku dijual juga," kata Eno.

Penggusuran rumah warga di Jalan Bougenville Raya RT 001 RW 011 oleh Kementerian PUPR melalui Pemerintah Kota Bekasi, Kamis (25/7/2019), diwarnai kontroversi.

Selain bentrok dengan warga dan menyisakan rumah ormas yang tak disentuh alat berat, penggusuran Kamis lalu dianggap sepihak.

Komnas HAM menyesalkan tindakan Pemerintah Kota Bekasi yang tak mengindahkan rekomendasi untuk bermusyawarah untuk mufakat dan melancarkan penertiban secara manusiawi.

Pemkot Bekasi mengklaim menyiapkan lokasi relokasi bagi warga terdampak ke Rusunawa Bekasi Jaya, tetapi warga mengaku tidak pernah menerima surat resminya.

Baca juga: Polemik Penggusuran Perumahan di Bekasi, di Antara Klaim Pemkot dan Protes Warga

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Naedi Acungkan Jempol dan Tersenyum Usai Faizal Terhasut Bunuh Sang Paman di Pamulang

Naedi Acungkan Jempol dan Tersenyum Usai Faizal Terhasut Bunuh Sang Paman di Pamulang

Megapolitan
PDI-P Bebaskan Sekda Supian Suri Pilih Bakal Calon Wakil Wali Kota di Pilkada 2024

PDI-P Bebaskan Sekda Supian Suri Pilih Bakal Calon Wakil Wali Kota di Pilkada 2024

Megapolitan
Dibacok Empat Kali oleh Keponakan yang Dendam, Penyebab Pria di Pamulang Tewas di Tempat

Dibacok Empat Kali oleh Keponakan yang Dendam, Penyebab Pria di Pamulang Tewas di Tempat

Megapolitan
Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Diduga akibat Penyempitan Jalan Imbas Proyek LRT

Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Diduga akibat Penyempitan Jalan Imbas Proyek LRT

Megapolitan
Bunuh Pamannya, Faizal Emosi Dibangunkan Saat Baru Tidur untuk Layani Pembeli di Warung

Bunuh Pamannya, Faizal Emosi Dibangunkan Saat Baru Tidur untuk Layani Pembeli di Warung

Megapolitan
Hindari Kecurigaan, Faizal Sempat Simpan Golok untuk Bunuh Pamannya di Atas Tumpukan Tabung Gas

Hindari Kecurigaan, Faizal Sempat Simpan Golok untuk Bunuh Pamannya di Atas Tumpukan Tabung Gas

Megapolitan
Minta Dishub DKI Pilah-pilah Penertiban, Jukir Minimarket: Kalau Memaksa, Itu Salah

Minta Dishub DKI Pilah-pilah Penertiban, Jukir Minimarket: Kalau Memaksa, Itu Salah

Megapolitan
Babak Baru Kasus Panca Pembunuh 4 Anak Kandung, Berkas Segera Dikirim ke PN Jaksel

Babak Baru Kasus Panca Pembunuh 4 Anak Kandung, Berkas Segera Dikirim ke PN Jaksel

Megapolitan
KPU DKI Beri Waktu Tiga Hari ke Dharma Pongrekun untuk Unggah Bukti Dukungan Cagub Independen

KPU DKI Beri Waktu Tiga Hari ke Dharma Pongrekun untuk Unggah Bukti Dukungan Cagub Independen

Megapolitan
Mahasiswa Unjuk Rasa di Depan Istana Bogor, Minta Jokowi Berhentikan Pejabat yang Antikritik

Mahasiswa Unjuk Rasa di Depan Istana Bogor, Minta Jokowi Berhentikan Pejabat yang Antikritik

Megapolitan
Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Warga: Sudah Jadi Pemandangan yang Umum Setiap Pagi

Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Warga: Sudah Jadi Pemandangan yang Umum Setiap Pagi

Megapolitan
Menolak Ditertibkan, Jukir Minimarket: Besok Tinggal Parkir Lagi, Bodo Amat...

Menolak Ditertibkan, Jukir Minimarket: Besok Tinggal Parkir Lagi, Bodo Amat...

Megapolitan
3 Pemuda di Kalideres Sudah 5 Kali Lakukan Penipuan dan Pemerasan Lewat Aplikasi Kencan

3 Pemuda di Kalideres Sudah 5 Kali Lakukan Penipuan dan Pemerasan Lewat Aplikasi Kencan

Megapolitan
Kejari Jaksel: Rubicon Mario Dandy Dikorting Rp 100 Juta Agar Banyak Peminat

Kejari Jaksel: Rubicon Mario Dandy Dikorting Rp 100 Juta Agar Banyak Peminat

Megapolitan
Jebak Korban di Aplikasi Kencan, Tiga Pemuda di Kalideres Kuras 'Limit Paylater' hingga Rp 10 Juta

Jebak Korban di Aplikasi Kencan, Tiga Pemuda di Kalideres Kuras "Limit Paylater" hingga Rp 10 Juta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com