Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bekasi Akan Diuntungkan secara Keuangan apabila Gabung DKI

Kompas.com - 19/08/2019, 15:32 WIB
Vitorio Mantalean,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Eratnya kedekatan budaya dan sejarah antara Bekasi dengan Jakarta dinilai jadi modal utama wacana penggabungan Bekasi menjadi wilayah kota administrasi Jakarta Tenggara.

Bekasi pernah masuk dalam Karesidenan Jatinegara. Daerah Cakung yang kini masuk wilayah Jakarta Timur saja baru "dicomot" Jakarta dari Bekasi pada tahun 1976. Kedua wilayah juga sama-sama dinilai kental dengan budaya Betawinya.

Berdasarkan fakta tersebut, sejarawan Bekasi Ali Anwar berpendapat bahwa Bekasi sepatutnya "kembali", bukan bergabung dengan DKI Jakarta.

"Itu sebetulnya gagasan itu sejak lama, bagi saya memang sebetulnya Bekasi itu kembali ke Jakarta, bukan bergabung," Ali Anwar menjelaskan lewat sambungan telepon, Senin. (19/8/2019).

Baca juga: Wali Kota Pepen Disarankan Bikin Referendum Berkait Wacana Bekasi Gabung Jakarta

"Dalam hitungan saya, cepat atau lambat, Bekasi ini akan kembali ke Jakarta. Mau itu tahun ini, lima tahun ke depan, 25 tahun ke depan, pasti itu akan bergabung ke Jakarta, karena secara kultur kita sudah menyatu, dari aspek transportasi sudah menyatu, militer juga sudah menyatu, kepolisian sudah menyatu, nomor telepon sudah menyatu, jadi tinggal aspek pemerintahannya saja," imbuhnya.

Peneliti yang kini tengah menggeluti sejarah asal-mula pembentukan wilayah Bekasi ini menyampaikan, Bekasi akan banyak diuntungkan apabila wacana ini betul-betul terjadi.

"Provinsi Jawa Barat secara ekonomi kurang bagus. Itu sebabnya pemerintah (Kota Bekasi) lebih baik kembali Jakarta. Karena kalau kembali ke Jakarta, Jakarta itu kan punya APBD besar, bisa mencapai Rp 70 triliun, kalau Bekasi yang cuma Rp 5 triliun ditambah lagi Rp 5 triliun kan bisa jadi Rp10 triliun, selesai dah tuh urusan kesehatan, pendidikan, pembangunan segala macam, kalau gabung ke Jakarta," papar Ali.

"Bekasi punya PAD (pendapatan asli daerah) yang cukup tinggi dari pajak kendaraan bermotor, tapi balik ke Bekasi kan kecil, jadi lebih baik ke Jakarta," tambahnya.

Baca juga: Bekasi Ingin Masuk DKI, Begini Respons Ridwan Kamil

Penulis buku "Revolusi Bekasi" itu pun berharap agar Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi tak sekadar mengapungkan wacana ini.

"Harus dibentuk tim untuk percepatan," kata Ali.

Sebelumnya, Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi sempat mengutarakan ketidaksetujuannya dengan wacana pemekaran wilayah Provinsi Bogor Raya yang direncanakan akan mencaplok Bekasi. Menurutnya, Bekasi lebih cocok dan logis bergabung ke DKI Jakarta karena berbagai pertimbangan. Ia juga yakin mayoritas warganya setuju jika bergabung dengan Jakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com