JAKARTA, KOMPAS.com - Peredaran narkoba di jaringan kampus bukanlah hal baru. Awalnya, seorang mahasiswa menawarkan barang haram tersebut kepada rekannya.
Tawaran berlanjut ke teman yang lain lagi. Itu berlanjut sampai terbentuk jaringan terstruktur.
Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Selatan Kompol Vivick Tjangkung mengatakan, jenis narkoba yang banyak dijual di kalangan mahasiswa adalah ganja. Hal ini disebabkan harga jual ganja yang cukup murah bagi kalangan mahasiswa.
"Ganja itu dianggap paling murah harganya, paling mudah didapat dibanding jenis narkoba lain," ujar Vivick saat dihubungi Kompas.com.
Satu lipat ganja, sebut dia, dijual seharga Rp 50.000 hingga Rp 70.000. Harga jual itu menurut Vivick sesuai dengan uang saku yang dimiliki para mahasiswa saat ini.
"Kenapa murah? Kita tahu uang jajan mahasiswa itu yang diberikan orangtua itu enggak begitu banyak. Jadi mereka bisa menyisihkan untuk membeli itu," lanjutnya.
Baca juga: Ancaman di Balik Ganja yang Memabukkan...
Ditemui terpisah, Charlie, alumni dan mantan bandar narkoba di sebuah universitas di Jakarta mengatakan, dirinya juga biasa menjual narkoba jenis sabu dan ganja pada mahasiswa.
Alasannya menjual ganja adalah sesuai target pasar di kalangan mahasiswa saat itu.
"Kalau yang aku edarkan ganja sama sabu. Ekstasi itu sempat ditawarin, tapi aku enggak punya pasar," ujar Charlie.
"Bosku mempunyai putau, sabu, tapi dia spesialis ganja. Dia punya ineks, dulu bahasanya kancing. Cuma aku enggak punya pasar, makanya aku enggak terima," lanjutnya.
Baca selengkapnya di artikel JEO Geliat Narkoba di Kampus: Persekongkolan Mahasiswa, Alumnus, dan Sekuriti.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.