Tumpukan sampah tersebut mengganggu kehidupan warga. Bau menyengat terhidup sampai ke dalam rumah-rumah warga di sekitar kali.
"Ini belum apa-apa, lebih baunya lagi kalau jelang malam hari karena ada angin dari barat. Langsung dah bau serumah-rumah. Jadinya ya kagak bisa tidur. Umpamanya kecuali sudah ngantuk berat baru bisa tidur. Mau gimana lagi,” kata Wasti, Rabu.
Selain bau, serangan nyamuk jadi momok warga.
“Yang enggak tahan mah nyamuk. Bukan maen, banyak banget. Ngumpetnya kan di sini (tutupan sampah Kali Jambe) kalau siang, malam dia pada keluar," kata Wasti.
Baca juga: Sampah Kali Jambe Bekasi Disebut Berasal dari TPS Liar
Marsad mengakui hal yang sama. Untuk mengusir nyamuk-nyamuk ganas yang berkomplot dari arah Kali Jambe itu, saban hari Marsad harus membakar sedikitnya dua bungkus obat nyamuk di rumah mungilnya.
"Umpamanya obat nyamuknya habis, waduh itu nyerang lagi. Enggak bisa dibilang lagi banyaknya. Itu rumah sebelah sempat dirawat (anaknya), gara-gara nyamuk di sini mungkin," ujar Marsad.
Sampah berasal dari TPS liar
Warga menduga, sampah-sampah plastik yang menutupi aliran Kali Jambe berasal dari TPS liar.
Lokasinya 200 meter dari jembatan penghubung Desa Mangunjaya dan Desa Karangsatria yang merupakan titik awal bentangan sampah.
Di sana, ada TPS liar yang dikelola selama puluhan tahun oleh sebuah keluarga.
Sampah-sampah yang menumpuk hingga berceceran di dinding kali itu merupakan sampah domestik dua perumahan di dekat sana setiap harinya.
Namun, Melati, bukan nama sebenarnya, bersikeras jika TPS yang ia kelola bersama keluarganya itu bukan biang kerok tumpukan sampah Kali Jambe.
Ia mengklaim, keluarganya cukup aktif membersihkan aliran kali dan rutin memusnahkan timbunan sampah itu dengan membakarnya.
"Lihat saja di sini kalinya bersih. Yang jorok sampah dari sana. Saya jamin. Kalau di sini saya juga ngerti, pegawai kali juga sering bilang supaya sampahnya jangan sampe menutup kali," jelas Melati.
"Setiap sampahnya nutup (aliran kali), suami saya langsung cebur bersihin biar enggak ada sumbatan supaya air mengalir. Di sini selalu kita bersihin terus. Adik, kakak, mantu, semua turun semua bersihin. Namanya numpang makan. Kita saling jaga," tambah dia.