Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Para Penjahit Keliling Mencari Rupiah di Perumahan Elite Meruya...

Kompas.com - 15/10/2019, 16:45 WIB
Bonfilio Mahendra Wahanaputra Ladjar,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Hampir saban hari Tohirin sibuk mencari pakaian para pelanggannya yang dijahitnya.

Tohirin yang berprofesi sebagai penjahit keliling harus mengingat dan memastikan pakaian yang dijahitnya tidak tertukar ketika diserahkan kepada pelanggan.

"Ini ya yang celana? Warna hitam kan celananya? Yang kemarin robek sama kecilin pinggang aja kan?" ucapnya kepada salah satu pelanggan di Jalan Taman Palem Raya, Perumahan Vila Meruya, Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta Barat, Selasa (15/10/2019).

"Iya benar yang itu, udah rampung belum bang?" tanya si pelanggan.

"Sudah, ini," jawab Tohirin sambil memberikan celana yang telah dijahitnya.

Sejak kira-kira pukul 08.30 WIB, Tohirin bersama penjahit keliling lainnya, yakni Arief, Fajar, dan Paijo, sudah mangkal di kawasan Perumahan Vila Meruya.

Tohirin mengaku sudah belasan tahun menjadi penjahit keliling atau yang populer disebut tukang permak levis. Tepatnya pada 2003 lalu dia mulai menjajal profesi ini.

Baca juga: Tak Sekadar Penjahit, Dua Siswa BBPLK Semarang Tembus Ajang Fashion Internasional

"Banyak teman-teman di sini, kami bersatu dan tekun, ya kalau saya sih sejak 2003 jadi tukang jahit keliling," ucapnya kepada Kompas.com.

Dari kontrakannya yang berada di Gang Jengkol, Joglo, Jakarta Barat Tohirin berkeliling hingga ke kawasan Meruya. Dia akhirnya memutuslam mangkal di Komplek Vila Meruya sejak tiga tahun lalu.

"Cuma begini ya, ada beberapa dulu jarang mangkal pada keliling di Meruya, Joglo, Larangan, Kreo kan tinggal saya tinggal di Al-Mubarok Gang Jengkol, lama-lama di sini saja pada nongkrong. Biar pelanggan enggak susah cari," ucap Tohirin.

Dari menjahit, Tohirin dapat memiliki penghasilan hingga Rp 150.000 dalam sehari. Bila orderan sedang ramai, penghasilan bisa lebih dari itu.

"Kalau di sini enggak nentu ya, alhamdulillah kami di sini berenam orangnya. Ya dapatlah buat keluarga," tambah Tohirin.

Jenis pelanggan yang datang untuk menjahit pun beragam, ada yang hanya menambal celana robek, memasang resleting, hingga mengecilkan lingkar pinggang.

Baca juga: Lika-liku Perjalanan Anak Penjahit Diterima di UGM dan Sosok Ibu yang Memotivasi

Semua dikerjakannya dengan tekun, sabar. Setiap pelanggan yang datang, Tohirin dengan sigap melayani.

Sebelum menjadi tukang jahit keliling, Tohirin juga pernah menjadi loper koran di kawasan Sudirman dan pedagang asongan di Cengkareng.

Para penjahit keliling yang mangkal di lokasi komplek tersebut tidaklah gratis. Setiap bulan, mereka harus membayar uang keamanan dan kebersihan kepada sekuriti dan ormas sekitar yang nominalnya mencapai Rp 100.000.

Menularkan keahlian ke teman

Dikenal sebagai penjahit yang cukup senior membuat Tohirin tak segan berbagi pengalaman dan menularkan keahlian yang dimilikinya kepada orang lain.

Arief misalnya. Pria yang sebelumnya berprofesi sebagai tukang keliling itu berbelok haluan menjadi tukang jahit karena Tohirin.

"Awalnya emang kerja di tukang jahit sama bos, tapi saya coba peruntungan jadi tukang buah. Waktu itu Tohirin beli buah saya, saya nanya-nanya lah dan mau lagi mencoba jadi tukang permak," ucap Arief.

Arief pun memberanikan diri merintis profesi sebagai penjahit keliling.

Dari hasil menjahit, Arief mampu mendapatkan pendapatan mencapai Rp 100.000 hingga Rp 150.000 per hari.

"Enggak mesti. Namanya permak, ya kalau lagi rame ya lumayan, kalau lagi sepi ya begitulah, yang penting tekunin, terima, sabar juga. Kita niatnya kan cari makan buat keluarga," ucap penjahit asal Batang ini.

Baca juga: Menyapa Para Penjahit Baju Polisi di Sisi Tersembunyi Polda Metro Jaya...

Bersama Tohirin, Arief sehari-hari melayani pelanggan yang membawa pakaiannya untuk dijahit.

Namun, tidak semua pakaian diterimanya untik dijahit. Sebab untuk jenis jaket tebal hingga tas ada juga yang tidak bisa digarap oleh mesin jahitnya.

"Kalau tiap hari semua dipegang namanya tukang permak. Kayak resleting, yang penting mesin masih mampu. Cuma enggak bisa kayak tas tebal, kayak bangsa terpal, jaket kulit enggak terima, sebab enggak kuat mesinnya. Selain itu masih mampu," ucap Arief.

Dari hasil jahit permak keliling, Arief bisa mengumpulkan uang untuk keluarga di kampung, juga untuk membayar kontrakan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com