Kasdut merogoh emas berlian yang ada di hadapannya lalu memasukkannya ke dalam kaus kaki yang tadi disiapkan Herman. Tanpa menunggu lama, ia bergegas keluar ruangan dan memberi sinyal kepada Budi dan Sumali tanda waktunya pergi.
Setiba di mobil dan menghidupkan mesin, kembali terdengar teriakan dari lantai atas.
Kasdut panik, tetapi hanya bisa menunggu ketiga rekannya itu turun. Setelah beberapa menit yang serasa seabad, tiga orang itu turun. Kasdut menginjak gas dalam-dalam meninggalkan lokasi itu.
"Teriakan apa yang tadi? tanya Kasdut kepada Herman.
Ternyata kedua penjaga itu ditusuk Herman, tetapi ia tidak bisa memastikan apakah dua orang tersebut masih bernapas atau tidak.
Di tengah perbincangan itu, Kasdut menghentikan mobil. Ia meminta rekan-rekannya itu kabur naik becak berdua-dua. Mereka kembali ke rumah di kawasan Slipi.
Setelah pencurian tersebut, Sumali dan Herman mencari orang yang hendak membeli perhiasan yang mereka curi. Mulanya mereka mencoba menjual emas permata itu kepada seseorang bernama Baba, kenalan Sumali.
Namun, istri Baba yang meladeni mereka tak sanggup membelinya, menjualkan pun tidak.
Sekitar seminggu kemudian, mereka akhirnya bertemu seseorang bernama Broto Kamal. Ia tinggal di sebuah rumah di kawasan Kyai Maja, Jakarta Selatan.
Namun, bukan Broto Kamal yang akan membantu menjualkan barang curian itu, melainkan seorang wartawan bernama Ahar Murtono.
Ahar tinggal di Surabaya. Mendengar kata Surabaya, Kasdut bersemangat. Sebab, istrinya tinggal di kota itu.
Ia berangkat sendirian ke Surabaya berbekal surat pengantar dari Kamal.
Setelah menyampaikan maksudnya kepada Ahar, Kasdut pun menjadwalkan bertemu seminggu sekali dengan orang itu. Pertemuan itu guna menginformasikan mengenai penjualan emas berlian.
Suatu hari, saat Kasdut pergi ke rumah Ahar. Ia disambut senyuman. Saat melihat hal itu, Kasdut bertanya apakah emas itu sudah terjual.
"Sabar Bung Waluyo, sabar" sahut Ahar.
Ahar lantas menjelaskan bahwa ia baru bisa menjual sebagian kecil dari emas berlian tersebut seharga Rp 3.250.000. Kabar itu membuat Kasdut senang. Dari penjualan itu, ia memberikan kepada Ahar Rp 250.000.
Pulang dari rumah Ahar, Kasdut langsung mengajak Sumiyati, istrinya, ke pasar. Istrinya itu dibelikan pakaian dan perhiasan baru.
Tetapi, uang itu tidak ia pakai semuanya. Sebanyak Rp 2 juta ia simpan dalam sebuah koper yang terkunci rapat.
Ia lalu mengirim surat ke Jakarta untuk memberitahukan kepada teman-temannya bahwa sebagian barang curian itu telah laku.
Akan tetapi, ternyata itu terakhir kalinya Kasdut mendapatkan uang penjualan emas itu. Selama dua bulan, setiap minggu ia terus pergi ke rumah Ahar.
Pada suatu hari, saat ia ke rumah Ahar, pria itu tidak ada. Yang ia temui justru istri Ahar yang tengah bicara dan seorang pria yang ternyata polisi dari Jakarta.