Camat Tebet, Dyan Airlangga menduga ada ajakan lewat media sosial sebelum tawuran itu meletus.
Kawasan Manggarai dan sekitarnya merupakan contoh nyata ironi Ibu Kota. Di balik derap pembangunan yang begitu gegap di Jakarta, tak sedikit yang tersisih dan akhirnya terlindas. Manggarai ada di pusat Jakarta walau bukan jantung peradaban modernnya.
Kawasan Manggarai jadi pusaran masalah sosial yang melibatkan kaum miskin kota.
“Di sana ada berbagai macam kegiatan orang bertahan hidup. Dari yang legal maupun ilegal, bercampur-baur di sana. Ada pemukiman isinya orang mabuk, peredaran narkoba, itu semua segala macam underground activity,” kata sosiolog Imam Prasodjo kepada Kompas.com, Senin (2/12/2019).
Imam mengatakan, masalah-masalah sosial kaum miskin kota di Manggarai semakin pelik seiring kian “rakusnya” Jakarta. Mereka yang tercecer dari laju "peradaban modern” akhirnya harus berdamai dengan kemiskinan struktural.
Remaja kehilangan perhatian dan waktu bersama keluarga, misalnya, karena kedua orangtuanya sibuk kerja serabutan mencari nafkah. Rumah yang sempit makin tak layak huni karena didiami hingga belasan orang.
Para remaja akhirnya mencari tempat bernaung baru, gangster. Ini baru satu mata rantai kemiskinan yang berhasil dipotret Imam Prasodjo dan timnya ketika melakukan penelitian selama beberapa tahun.
Celakanya, pemerintah dan polisi seringkali rabun memandang masalah itu. Rumitnya proses sosial di pelosok-pelosok Manggarai akhirnya tak pernah ditelaah secara detail oleh pemerintah maupun polisi.
“Selalu yang dijadikan alasan (di balik tawuran Manggarai) adalah provokator. Masa dari dulu teorinya provokator terus, yang benar saja?” kata Imam.
“Yang harus dilihat bukan hanya provokator yang notabene sekadar ujung dari sebuah proses. Ada berbagai proses yang lebih mendasar dan selama ini menjadi pendorong, sebagai sebab yang jauh di bawah permukaan yang harus lebih diteliti,” kata dia.
Dari rentetan tawuran di Manggarai tahun ini, pemerintah maupun polisi senantiasa mengemukakan dugaan yang berlainan. Ada dugaan bahwa tawuran Manggarai disebabkan sengketa lahan parkir.
Lalu polisi, September lalu, membuka kemungkinan aksi tawuran hanya kedok bagi aktivitas peredaran narkoba di Manggarai.
Sementara itu, pemerintah menengarai bahwa tawuran dipicu karena warga Manggarai tidak sejahtera.
“Kami di suku dinas sosial melihat tawuran ini terjadi karena mereka tidak produktif untuk mencari pendapatan,” kata Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, Mursidin, Senin.
Perspektif bahwa warga Manggarai tawuran karena tidak produktif akhirnya membuat Sudin Sosial Jakarta Selatan meluncurkan program pembekalan cuci steam bagi para pemuda Manggarai.