Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manggarai dan Tawuran Pemuda yang Jadi "Tradisi"...

Kompas.com - 02/12/2019, 19:25 WIB
Vitorio Mantalean,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

Kemiskinan struktural adalah tentang sistem, baik itu negara maupun kota, yang tak menyediakan kesempatan bagi para kaum miskin kota untuk melarikan diri dari jebak kemiskinan.

Menggunakan sudut pandang yang lebih dekat, Jufri paham bahwa para pemuda yang terlibat tawuran Manggarai bukan semata-mata pelaku.

Mereka sekaligus korban dari struktur sosial yang sama sekali tak berpihak pada mereka untuk bertindak tertib maupun memperbaiki nasib mereka.

“Kemiskinan finansial memang sudah pasti membuat kehidupan lebih keras, karena kebutuhan dasar seperti makan saja sudah kurang. Tapi, yang lebih parah lagi, mereka miskin akses. Betapa banyak pun program pemerintah, akhirnya tidak bisa mencapai mereka,” jelas Jufri.

Para pemuda Manggarai tak banyak punya ruang publik yang dekat dengan tempat tinggal mereka.

Mereka sulit mendapatkan akses untuk mengaktualisasi diri sebagai remaja, seperti mengembangkan bakat olahraga, menyalurkan minat bermusik, maupun mengekspresikan keingintahuan pada teknologi, misalnya.

Keadaan di rumah pun sama tak menguntungkannya.

Tinggal di permukiman kumuh nan sesak di Manggarai, siapa pun tentu tak betah berlama-lama.

Itu belum ditambah dengan renggangnya hubungan para pemuda dengan orangtua mereka yang juga dibekap kemiskinan.

Pasalnya, orangtua mereka boleh jadi kerja serabutan seharian demi menyambung hidup dari hari ke hari.

Baca juga: Tawuran Kerap Terjadi di Manggarai, Solusi Nihil karena Penyebab Tak Diteliti Serius

Belum tentu juga nafkah mereka terpenuhi hari itu. Bibit kekerasan akhirnya muncul bermula dari rumah, lingkungan terkecil mereka.

“Para orangtua ini tidak semua pendidikannya memadai, tidak semuanya punya kultur dialog dalam keluarga. Selain itu banyak juga, karena seharian sibuk kerja tapi pendapatan yang hanya segitu-segitu juga, akhirnya timbul kekerasan dan kata-kata yang keras. Emosi, karena terdesak tak bisa memenuhi permintaan anaknya,” Jufri menjelaskan.

Rumah akhirnya menjelma tempat asing. Secara fisik maupun batin, rumah atau keluarga bukanlah tempat yang nyaman.

Tempat bernaung pun beralih ke ruang lain, sekolah.

Di sekolah, para pemuda secara tak langsung berjejaring dengan geng yang jumlahnya puluhan di Manggarai dan sekitarnya.

Geng, beserta tempat nongkrongnya, akhirnya menjelma menjadi satu-satunya naungan yang sanggup menyodorkan ruang yang nyaman bagi para pemuda mengaktualisasikan diri.

“Dalam situasi seperti itu, anak muda yang sebetulnya masih bisa dibentuk, malah terjepit dalam keadaan yang sangat tidak menguntungkan mereka,” kata Imam Prasodjo.

“Wadah bermain, wadah beraktivitas, wadah olahraga dan belajar yang seharusnya tersedia di lingkungan dan memungkinkan mereka untuk beraktivitas dengan baik, itu semua kosong,” imbuhnya.

Menjelma krisis identitas

Dari krisis finansial yang melekat begitu kuat membentuk kemiskinan struktural, para pemuda di Manggarai sadar tidak sadar menghadapi krisis stadium lanjut: krisis identitas.

Dalam fase menuju dewasa, mereka pun tak luput dari insting mencari jati diri dan menemukan pengakuan.

Kata kuncinya ialah “geng”.

Geng tersebut seolah menjadi jembatan yang menyambungkan antara kemiskinan, krisis identitas a la remaja, dengan bibit kekerasan yang meledak menjadi fenomena tawuran di Manggarai.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Fakta Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang: Korban Disetubuhi lalu Dibunuh oleh Rekan Kerja

Fakta Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang: Korban Disetubuhi lalu Dibunuh oleh Rekan Kerja

Megapolitan
Kronologi Jari Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Sampai Putus, Pelaku Diduga Mabuk

Kronologi Jari Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Sampai Putus, Pelaku Diduga Mabuk

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Ditangkap di Rumah Istrinya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Ditangkap di Rumah Istrinya

Megapolitan
DJ East Blake Nekat Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih sebab Tak Terima Diputuskan

DJ East Blake Nekat Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih sebab Tak Terima Diputuskan

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Satpol PP dan Dinas Terkait Dinilai Lalai

RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Satpol PP dan Dinas Terkait Dinilai Lalai

Megapolitan
7 Tahun Berdiri, Lokasi Binaan Pasar Minggu Kini Sepi Pedagang dan Pembeli

7 Tahun Berdiri, Lokasi Binaan Pasar Minggu Kini Sepi Pedagang dan Pembeli

Megapolitan
Polisi Tangkap DJ East Blake yang Diduga Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

Polisi Tangkap DJ East Blake yang Diduga Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

Megapolitan
Pihak Keluarga Bakal Temui Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah

Pihak Keluarga Bakal Temui Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Setubuhi Korban Sebelum Membunuhnya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Setubuhi Korban Sebelum Membunuhnya

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Dikenakan Pasal Pembunuhan Berencana

Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Dikenakan Pasal Pembunuhan Berencana

Megapolitan
Tak Sadar Jarinya Digigit sampai Putus, Satpam Gereja: Ada yang Bilang 'Itu Jarinya Buntung'

Tak Sadar Jarinya Digigit sampai Putus, Satpam Gereja: Ada yang Bilang "Itu Jarinya Buntung"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com