Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berjaga 24 Jam, Mendengar Aktivitas Alam yang Kian Sulit Dipahami

Kompas.com - 08/12/2019, 07:18 WIB
Singgih Wiryono,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

Kondisi ideal dimaksud adalah letaknya yang jauh dari aktivitas manusia sehingga tidak menimbulkan noise saat sensor dipasang. Namun, kendala klasik pencurian alat sensor deteksi gempa tersebut seringkali dikhawatirkan terjadi.

Seperti kasus sensor tsunami di Palu beberapa waktu lalu. Setelah dipasang, sebentar saja, sensor tersebut hilang diambil masyarakat yang usil.

"Padahal kita sudah tuliskan milik negara dan lain-lain. Tetap saja dicuri," Urip sambil membuka pintu bunker tempat disimpannya detektor gempa.

Baca juga: Wagub Jabar Minta Pemda Periksa Detektor Tsunami di Pantai Selatan

Ruangan sempit tersebut terputus dari aliran listrik umum milik PLN. Menggunakan listrik dengan panel surya jauh lebih aman dari pemadaman, kata Urip.

Tapi tidak untuk sensor-sensor yang diletakkan di luar sana, tak aman oleh mereka yang usil mencuri sensor milik BMKG.

Sensornya saja diambil, terlebih menggunakan panel surya, bisa saja sensor dan panel surya diambil satu paket oleh pencurinya

Padahal, kata dia, pencurian alat tersebut bisa berakibat fatal dengan penanganan infromasi jika terjadi gempabumi di wilayah alat yang telah dicuri. Beruntung, kata dia, wilayah II sangat jarang terjadi pencurian alat sensor deteksi gempa.

Kami bergeser ke alat-alat manual yang masih digunakan untuk memberikan akurasi data maksimal. Teknologi, kata dia, seringkali tidak bisa menggantikan pengukuran manual yang sudah ditemukan beberapa abad lalu.

Misalnya, terdapat termometer dengan bahan kaca dan air raksa untuk mengukur suhu udara dan kelembaban.

Termometer tersebut di dalam sangkar Stasiun Geofisikan Klas 1 Tangerang. Juga pengukur mekanik kecepatan angin dan arah angin yang berputar tenang seiring dengan cuaca saat kami berada di sana.

"Kadang error selalu ada di sistem otomatis. Justru alat manual ini sering lebih akurat," kata Rully.

Mengukur medan magnet yang kian sulit

Selain ditugaskan menjadi para pemerhati pergerakan tektonik, Rully dan kawan-kawan ditugaskan untuk terus menjaga akurasi arah utara dari kompas yang digunakan para pelaut.

Medan magnet menjadi bagian penting untuk perjalanan para pelaut. Akan tetapi medan magnet bumi juga seringkali berubah. Ketika timbul gelombang magnetik di satu titik, seringkali jarum kompas keliru untuk menentukan arah utara.

Tapi kian hari, kata Rully, untuk mengukur pergerakan medan magnet kian susah di tengah pembangunan Kota Tangerang yang makin meluas.

Kantor yang terletak di sebelah utara Stasiun Tanah Tinggi tersebut terganggu oleh medan magnet yang dibawa kereta listrik beserta arus voltase sebagai penggeraknya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Akses Jalan Jembatan Bendung Katulampa Akan Ditutup Selama Perbaikan

Akses Jalan Jembatan Bendung Katulampa Akan Ditutup Selama Perbaikan

Megapolitan
Tidak Kunjung Laku, Rubicon Mario Dandy Bakal Dilelang Ulang dengan Harga Lebih Murah

Tidak Kunjung Laku, Rubicon Mario Dandy Bakal Dilelang Ulang dengan Harga Lebih Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Gunakan Wisma Atlet buat Tampung Warga Eks Kampung Bayam

Pemprov DKI Disarankan Gunakan Wisma Atlet buat Tampung Warga Eks Kampung Bayam

Megapolitan
Terlibat Tawuran, Dua Pelajar Dibacok di Jalan Raya Ancol Baru

Terlibat Tawuran, Dua Pelajar Dibacok di Jalan Raya Ancol Baru

Megapolitan
Potret Kemiskinan di Dekat Istana, Warga Tanah Tinggi Tidur Bergantian karena Sempitnya Hunian

Potret Kemiskinan di Dekat Istana, Warga Tanah Tinggi Tidur Bergantian karena Sempitnya Hunian

Megapolitan
Dinas SDA DKI Targetkan Waduk Rawa Malang di Cilincing Mulai Berfungsi Juli 2024

Dinas SDA DKI Targetkan Waduk Rawa Malang di Cilincing Mulai Berfungsi Juli 2024

Megapolitan
Pemprov DKI Teken 7 Kerja Sama Terkait Proyek MRT, Nilai Kontraknya Rp 11 Miliar

Pemprov DKI Teken 7 Kerja Sama Terkait Proyek MRT, Nilai Kontraknya Rp 11 Miliar

Megapolitan
Penampilan Tiktoker Galihloss Usai Jadi Tersangka, Berkepala Plontos dan Hanya Menunduk Minta Maaf

Penampilan Tiktoker Galihloss Usai Jadi Tersangka, Berkepala Plontos dan Hanya Menunduk Minta Maaf

Megapolitan
4 Pebisnis Judi 'Online' Bikin Aplikasi Sendiri lalu Raup Keuntungan hingga Rp 30 Miliar

4 Pebisnis Judi "Online" Bikin Aplikasi Sendiri lalu Raup Keuntungan hingga Rp 30 Miliar

Megapolitan
Remaja yang Tewas di Hotel Senopati Diduga Dicekoki Ekstasi dan Sabu Cair

Remaja yang Tewas di Hotel Senopati Diduga Dicekoki Ekstasi dan Sabu Cair

Megapolitan
Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Megapolitan
Masih Banyak Penganggur di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Masih Banyak Penganggur di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Megapolitan
Dinas SDA DKI: Normalisasi Ciliwung di Rawajati Bisa Dikerjakan Bulan Depan

Dinas SDA DKI: Normalisasi Ciliwung di Rawajati Bisa Dikerjakan Bulan Depan

Megapolitan
Warga Miskin Ekstrem di Tanah Tinggi Masih Belum Merasakan Bantuan, Pemerintah Diduga Tidak Tepat Sasaran

Warga Miskin Ekstrem di Tanah Tinggi Masih Belum Merasakan Bantuan, Pemerintah Diduga Tidak Tepat Sasaran

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com