Namun, jelang tahun 2000, Rambo resmi menyandang predikat bromocorah – residivis, akibat mengulangi kejahatan yang ia lakukan beberapa tahun sebelumnya: menjagal orang.
“Pembunuhan yang kedua waktu itu, gara-garanya saya ditusuk di punggung di terminal. Saya sebelumnya negur dia karena malak uang sama anak kecil. Dia enggak suka, bilang jangan mentang-mentang saya baru keluar penjara,” cerita Rambo.
“Ketemu di perempatan, saya ditusuk punggungnya, dia lari. Saya bentur-benturin pisau yang masih nancap itu ke tiang terminal biar copot. Saya tusuk balik, saya tunggu sampai polisi datang. Kena saya (penjara) 5 tahun,” katanya.
Pertama kali Rambo membunuh seseorang tahun 1986. Ia ribut dengan seseorang hingga diserang celurit, mengakibatkan telunjuknya buntung setengah hari ini.
Celurit itu ia rebut. Akhir kisahnya bisa kita terka. Rambo divonis kurungan 4 tahun.
Terakhir Rambo bersanggama dengan dingin ubin penjara tahun 1998. Ia terlibat perampokan.
Baca juga: Polisi Kejar Tersangka Narkoba, Pelaku Berhenti Setelah Tabrak Rumah Warga
Namun, ia mengaku lupa detail ceritanya. Pokoknya, 12,5 tahun lamanya total ia mendekam di bui.
Bukan cuma Rambo yang jadi bromocorah. Kawan-kawannya pun meniti garis nasib serupa. Beberapa terperosok terus-menerus ke lubang yang sama bukan gara-gara bunuh-bunuhan, melainkan narkoba.
Mereka bagai diseret-seret keluar-masuk bui oleh zat yang, kata Rambo, tak pernah ia cicipi.
Yang Rambo cicipi hanya giris tangis dan sembilu pilu dari sanak famili kawannya residivis narkoba.
“Saya sudah dengar semua, Mas. Anak-istri mereka semua cerita ke saya waktu teman saya masuk penjara gara-gara narkoba; waktu teman saya mati gara-gara narkoba. Belum lagi orangtua-orangtua yang, coba Mas bayangkan sendiri, bagaimana dia cerita ke saya waktu tahu anaknya masuk penjara, meninggal, gara-gara narkoba?”
Kata-kata itu bersenandung deras dari mulut Rambo yang bersuara parau; kata-kata yang seakan mengemas ulang Senandung Istri Bromocorah dalam rupa berbeda.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.