Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[KALEIDOSKOP 2019] Deretan Kasus Pembunuhan yang Hebohkan Jakarta dan Sekitarnya

Kompas.com - 24/12/2019, 12:58 WIB
Dean Pahrevi,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Sepanjang tahun 2019 sejumlah kasus pembunuhan di wilayah Jabodetabek menjadi sorotan publik.

Dikutip dari artikel Kompas.com pada Selasa (29/01/2019) berjudul “Menelaah 3 Pembunuhan Sadis Di Jabodetabek”, pakar kriminologi dan kepolisian Adrianus Meliala mengatakan, terdapat tiga hal yang dapat menyebabkan pembunuhan sadis terjadi.

Ketiganya yakni, sebab substansial, dukungan kolektif, dan ada tujuan tertentu (intensional).

Sebab substansial, kata Adrianus, dibagi menjadi dua yaitu, disebabkan rasa marah yang luar biasa dan rasa dendam yang luar biasa.

Sementara, dukungan kolektif berupa tindak sadis dorongan dari teman-teman atau dilakukan bersama teman-teman.

"Jadi karena saya disuruh atau saya sama teman-teman saya membunuh maka kemudian terjadi suatu hal yang sadis. Jadi dengan kata lain, ada tekanan kolektif yang dialami oleh pembunuhnya," kata Adrianus.

Baca juga: Menelaah 3 Pembunuhan Sadis di Jabodetabek

Sedangkan, penyebab intensional merupakan sikap pelaku yang intensional alias memang sengaja membunuh karena ada tujuan tertentu.

Adapun pembunuhan sadis yang terjadi pada 2019 ini dilakukan para tersangka dengan motif yang berbeda-beda. Mulai dari dipicu masalah ekonomi, dendam, hingga permasalahan internal keluarga.

Tak sedikit pula pembunuhan dilakukan tersangka yang merupakan keluarga dekat korban.

Berikut rangkuman Kompas.com mengenai lima kasus pembunuhan sadis di Jakarta dan sekitarnya yang terjadi sepanjang 2019:

Suasana sidang lanjutan terdakwa kasus pembunuh satu keluarga di Bekasi, Harris Simamora di Pengadilan Negeri Bekasi, Senin (13/5/2019).KOMPAS.com/DEAN PAHREVI Suasana sidang lanjutan terdakwa kasus pembunuh satu keluarga di Bekasi, Harris Simamora di Pengadilan Negeri Bekasi, Senin (13/5/2019).

1. Pembunuhan Satu Keluarga di Bekasi

Pria bernama Harris Simamora tega membunuh saudara jauhnya Daperum Nainggolan beserta istri dan kedua anaknya.

Pembunuhan itu terjadi pada Selasa (13/11/2018) dini hari, namun perjalanan hukum kasus tersebut berlangsung hingga Juli 2019.

Kasus bermula saat Harris diperintah istri Daperum bernama Maya Boru Ambarita untuk datang ke rumahnya di Jalan Bojong Nangka II, Kelurahan Jatirahayu, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, pada Senin (12/11/2018) pagi.

“Kamu datang sekarang, besok kita mau belanja ke Tanah Abang jam 7 pagi,” tulis Maya dalam pesan singkatnya.

Harris pun datang ke rumah Maya dan tiba pukul 21.00 WIB. Adapun Harris yang masih saudara jauh Maya memang kerap rutin berkunjung ke rumah tersebut.

Baca juga: Nasib Pembunuh Satu Keluarga di Bekasi, Ingin Menikah Meski Divonis Mati

Di rumah itu, Harris bersama Daperum dan Maya berada di ruang keluarga sambil mengobrol dan menonton televisi.

Posisi Daperum dan Maya berada di depan televisi sambil tiduran, sedangkan Harris berada di belakang keduanya.

Kemudian, di tengah obrolan, Harris ditanya Daperum,"Nginap atau nggak kamu? Kalau kamu nginap nanti enggak enak sama abang kita, Douglas”.

“Terserah mau nginap atau enggak, soalnya ini bukan rumah kita, kita cuma numpang di sini,” sambung istri Daperum, Maya kepada Harris.

Dialog ini ditirukan Jaksa Penuntut Umum Fariz Rachman dalam sidang pembacaan tuntutan Harris di Pengadilan Negeri Bekasi, Senin (27/5/2019).

Tak berselang lama, Daperum melontarkan perkataan yang membuat Harris sakit hati.

“Kamu tidur di belakang saja, kayak sampah kamu!” seru Daperum.

Pukul 23.00 WIB, Daperum, Maya beserta kedua anaknya telah tertidur lelap.

Dengan menyimpan rasa amarah kepada Daperum, Harris masuk ke dapur rumah dan menemukan sebuah linggis.

Dia mengambil linggis itu, lalu menghampiri Daperum dan Maya yang tertidur di depan televisi.

Singkat cerita, Daperum dan Maya tewas di tangan Harris.

Harris juga menghabisi nyawa kedua anak Daperum bernama Sarah (9) dan Arya Nainggolan (7) yang terbangun dari tidur di kamarnya dengan membekap wajah keduanya menggunakan selimut.

"Karena si anak melihat ketika yang bersangkutan sedang melakukan pembunuhan, dia takut si anak jadi saksi nantinya, makanya dibunuhlah mereka," kata Kapolres Metro Bekasi Kota Kombes Indarto di lokasi kejadian, Rabu (21/11/2018).

Usai membunuh satu keluarga, Harris langsung mengambil uang senilai Rp 2 juta milik Daperum dan empat buah handphone.

Harris juga kabur melarikan diri menggunakan mobil Nissan X-Trail dan menaruh mobil itu di sebuah kontrakan di Cikarang, Kabupaten Bekasi.

Harris ditangkap polisi pada Rabu (14/11/2018) saat hendak mengasingkan diri mendaki Gunung Guntur, Jawa Barat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Kantongi Identitas Preman Perusak Gerobak Bubur Pakai Celurit di Jatinegara

Polisi Kantongi Identitas Preman Perusak Gerobak Bubur Pakai Celurit di Jatinegara

Megapolitan
Preman Penghancur Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Preman Penghancur Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Megapolitan
Jambret Beraksi di Depan JIS, Salah Satu Pelaku Diduga Wanita

Jambret Beraksi di Depan JIS, Salah Satu Pelaku Diduga Wanita

Megapolitan
Kondisi Terkini TKP Brigadir RAT Bunuh Diri: Sepi dan Dijaga Polisi

Kondisi Terkini TKP Brigadir RAT Bunuh Diri: Sepi dan Dijaga Polisi

Megapolitan
Wanita Jatuh ke Celah Peron dan Gerbong KRL di Stasiun Manggarai

Wanita Jatuh ke Celah Peron dan Gerbong KRL di Stasiun Manggarai

Megapolitan
Tepergok Curi Motor di Kelapa Gading, Pelaku Tembaki Sekuriti dengan Airsoft Gun

Tepergok Curi Motor di Kelapa Gading, Pelaku Tembaki Sekuriti dengan Airsoft Gun

Megapolitan
Kompolnas Tetap Dorong Brigadir RAT Diotopsi: Untuk Memperjelas Penyebab Kematian

Kompolnas Tetap Dorong Brigadir RAT Diotopsi: Untuk Memperjelas Penyebab Kematian

Megapolitan
Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Megapolitan
Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Megapolitan
Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Megapolitan
Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Megapolitan
Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com