Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Banjir Villa Nusa Indah Terperangkap Selama 18 Jam bersama Air Bah, Ular dan Kegelapan

Kompas.com - 02/01/2020, 20:48 WIB
Singgih Wiryono,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com - Air bah itu datang membawa bermacam masalah, termasuk masalah bagaimana Irianti (57) keluar dari rumahnya yang mulai terendam air setinggi 60 sentimeter di Villa Nusa Indah Blok F5 Nomor 12A, Jatiasih, Bekasi.

Irianti bersama keluarganya baru saja mengevakuasi warga yang lebih dulu terkena air bah. Niat menjadikan rumahnya sebagai tempat pengungsian pun harus dia urungkan.

Pasalnya, setelah dia kembali pukul 09.00 pagi, rumahnya itu ternyata sudah terendam banjir.

"Saya baru nolong kampung sebelah, eh pulang-pulang tahunya air sudah masuk," kata dia saat ditemui Kompas.com di posko penanggulangan bencana Bojong Kulur, Kabupaten Bogor, Kamis (2/1/2020).

Baca juga: Kisah Farida Menjaga Anaknya yang Berkebutuhan Khusus saat Banjir Melanda

Irianti tidak sendiri, tetangganya Widyarsi juga mengalami hal yang sama. Terlebih Widyarsi yang berusia 45 tahun tersebut memiliki seorang anak berusia tujuh tahun.

Air bah yang datang dari Cileungsi dan Cikeas menerjang tanpa ampun kawasan Villa Nusa Indah tempat mereka tinggal. Tidak butuh waktu lama, pukul 10 pagi, Widyarsi harus naik ke lantai dua rumahnya.

"Sudah seleher, padahal baru sekitar satu jam," kata dia.

Panik bukan main menjadi bagian dari cerita Widyarsi. Bukan karen keselamatan jiwanya, tetapi tentang keselamatan anaknya yang masih berusia 7 tahun, mulai gemetar dan panik melihat air yang kian tinggi.

Bersama tetangga yang lain, dia mencoba menghubungi bantuan terdekat untuk evakuasi. Di luar sana, jalan raya berubah menjadi sungai dengan arus yang begitu deras.

Tak bisa lagi dilawan, berani melawan berarti siap hanyut terbawa air bah.

Dia mencoba bertahan selama kurang lebih delapan jam di atas rumah lantai duanya. Air diperkirakan mencapai puncaknya pada tengah hari.

"Lebih sepintu, lebih 2 meter. Saya takut sekali kalau-kalau anak saya tercebur," kata dia.

Binatang melata terapung-apung

Setelah beberapa jam dari puncak ketinggian, air yang mengamuk dari Cileungsi dan Cikeas mulai mereda. Meski tidak secepat itu surut, air mulai terlihat tenang dan tidak bergejolak bak arus arum jeram.

Widyarsi kemudian berniat untuk segera mengevakuasi anaknya ke tempat yang lebih tinggi.

Tetapi tidak semudah yang dia pikirkan. Bermacam binatang dan serangga menyeramkan mulai ikut terapung-apung bersama air yang semakin tenang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com