Inggard mengatakan, seharusnya jajaran Pemkot Jakbar bisa berdiskusi dengan anggota dewan jika menemui kendala dalam menangani banjir.
"Mohon kiranya jadi perhatian buat kita. Andai kata memang ada permasalahan yang perlu kita bicarakan, marilah, kami sebagai anggota dewan juga ingin mendengar masukan," kata Inggard.
Baca juga: Sudin SDA Jakbar Ungkap Alasan Pompa Air Tak Dinyalakan saat Banjir di Awal Tahun
3. Dewan pertanyakan fungsi Cengkareng drain
Inggard juga mempertanyakan bagaimana cara bekerja atau sistem buka tutup di Pintu Air Cengkareng.
Menurut dia, Cengkareng drain adalah kali sodetan yang awal terbentuknya untuk mengalirkan air kali ke laut Jakarta.
Tapi, melihat banjir yang melanda kawasan Jakarta Barat, muncul dugaan tidak berfungsinya Cengkareng drain.
"Dulu sebelum ada (Cengkareng Drain) semuanya ke Cisadane, tapi kan ada sodetan ini langsung ke laut, langsung Cengkareng Drain. Tapi saya lihat Kali Mookervart (di Jalan Daan Mogot) selalu banjir. Saya enggak ngerti bagaimana buka tutupnya dari pada Cengkareng Drain ini," kata Inggard.
Baca juga: Komisi A DPRD DKI Pertanyakan Sistem Buka Tutup Cengkareng Drain Saat Banjir
4. Heran PIK tak kena banjir
Anggota Komisi A DPRD usai melakukan rapat evaluasi, mereka melakukan peninjauan ke lapangan.
Tepatnya mulai dari Jalan Inspeksi Saluran Tarum Barat tepatnya di Pos Duga Air Cengkareng Drain hingga kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK), yakni ke Jembatan Pulau Reklamasi.
Sesampainya di Jembatan Pulau Reklamasi, Ketua Komisi A Mujiyono mempertanyakan bagaimana penanganan air di komplek elite ini.
"Kita jalan sampai di ujung. Pertama yang jadi pertanyaan saya di awal, secanggih apa ini tempat (PIK), sehingga sedemikin rupa sampai alatnya begitu lengkap. Banyak pompa bagus-bagus, kenapa DKI tak mampu melakulan hal yang sama," ucap Mujiyono.
Melihat ujung kali yang mengarah ke laut lepas dan mengetahui wilayah PIK tidak tergenang, Mujiyono curiga Pintu Air Cengkareng Drain sengaja ditutup agar kawasan elite PIK tak banjir.
Baca juga: Anggota DPRD DKI Heran Rumah Pompa Kebanjiran Hanya Ditangani dengan Karung Pasir
Itu sebabnya, Mujiyono meminta Pemprov DKI tidak membedakan pelayanan terhadap warganya.
"Ada semacam perlakuan yang tidak sama terhadap warga DKI," kata Mujiyono.
5. Pemprov DKI diminta modernisasi pompa dan buat waduk
Usai meninjau ke lapangan dan melihat aliran air di kali Mookevart secara langsung, Mujiyono memutuskan harus ada perubahan dalam penanganan banjir di wilayah Jakarta Barat.
Salah satunya dengan peremajaan atau modernisasi mesin pompa air dan pembuatan waduk.
"Perlu memodernkan pompa, banyak pompa di beberapa titik yang sudah tua.Waduk sisi barat yang belum ada. Tapi ini hanya salah satu penyebab banjir. Waduknya juga harus diplanning dari sekarang," kata Mujiyono.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.