Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Psikolog Ungkap Pelaku Ekshibisionisme Senang jika Divideokan Korbannya

Kompas.com - 28/01/2020, 06:28 WIB
Cynthia Lova,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Belakangan ini marak aksi ekshibisionisme (pamer alat kelamin) beredar viral di media sosial.

Salah satunya yang terjadi di Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi, pada Jumat (24/1/2020) lalu, yang kala itu menyasar lima orang bocah di kawasan tersebut.

Menanggapi hal itu, Psikolog Klinis dan Hipnoterapis dari Smart Mind Center Consulting, Alexandra G Adeline, mengatakan, pengidap ekshibisionisme biasanya cenderung lebih senang divideokan. Sebab, dengan direkam dengan video, pelaku ekshibisionisme merasa diperhatikan.

Baca juga: Polisi Duga Pelaku Masturbasi Depan Bocah di Cikarang Timur Eksibisionis

"Dia malah senang kalau divideo, bahkan kita responsnya takut. Karena dia emang suka kalau kita merespons," ujar Alexandra kepada Kompas.com, Senin (27/1/2020).

Alexandra menjelaskan, pengidap ekshibisionisme adalah sebuah gangguan seksual pada area psikologis yang mana seseorang akan merasa terangsang ketika menunjukkan alat kelamin atau organ seksualnya kepada orang lain yang bukan pasangannya.

Sehingga, pengidap ekshibisionisme ini akan merasa puas jika respons yang melihat alat kelaminnya itu bereaksi kaget, marah, takut, dan shock.

Alexandra mengatakan, ada beberapa faktor pemicu seseorang mengidap ekshibisionisme. Misalnya, pengidap itu sudah dipaparkan dengan stimulasi seksual sejak kecil.

"Atau bisa karena pribadi orang tersebut sedari kecil sering terekspos, jadi mereka kurang mengetahui batasan diri dan menyukai perhatian publik itu. Mereka menjadi merasa ada kebutuhan akan perhatian tersebut," ucap dia.

Baca juga: Beraksi di Ruang Publik, Eksibisionis Bisa Dijerat UU Pornoaksi tanpa Aduan Korban

Merasa kebutuhan akan perhatian itulah yang menyebabkan pengidap ekshibisionisme ini terus memperlihatkan kelaminnya untuk mendapatkan perhatian itu.

"Ketika mereka dewasa, mereka bisa salah mempersepsikan reaksi takut, marah, kaget orang-orang ketika melihat kelamin mereka sebagai bentuk dari perhatian itu sendiri," papar Alexa.

Alexa mengatakan, mengubah pengidap ekshibisionisme menjadi normal memerlukan kesadaran diri dari pengidapnya.

"Atau dari kita orang-orang terdekatnya yang membangkitkan atau memotivasi agar pengidap itu sadar untuk berubah," ucap dia.

Adapun dalam dua pekan terakhir, ada sekitar tiga aksi ekshibisionisme terjadi, semua pelaku merupakan laki-laki yang masturbasi depan umum.

Polisi telah mengungkap dua di antaranya. Pertama, kasus ekshibisionisme terhadap lima orang bocah di Cikarang Timur, Bekasi, pada Senin (20/1/2020).

Polisi menangkap pelaku Brusly Wongkar (40). Berdasarkan hasil pemeriksaan, pelaku diketahui mengidap kelainan seks.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran Mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran Mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut di Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut di Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi di Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com