Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokter RSUI Nilai Tepat 238 WNI Asal Wuhan Dikarantina di Hanggar

Kompas.com - 04/02/2020, 15:38 WIB
Vitorio Mantalean,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Konsultan virologi Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), Fera Ibrahim mengaku sependapat dengan langkah pemerintah Indonesia mengarantina 238 WNI dari Provinsi Hubei, Cina, di Hanggar Lanud Raden Sadjad, Natuna, Kepulauan Riau.

Menurut dia, lokasi ini sudah pas untuk mencegah penyebaran virus corona yang kemungkinan terbawa dari Wuhan, Hubei, sekaligus kondusif bagi upaya penyembuhan WNI yang kemungkinan mengidap virus corona.

"Yang dilakukan pemerintah saat ini sudah tepat, karena dari pengalaman di China sana, kita mengetahui bahwa virus ini menular melalui droplet (percikan)," jelas Fera selepas seminar bertajuk "Fakta Virus Corona dan Influenza" di RSUI Depok, Jawa Barat, Selasa (4/2/2020) siang.

Baca juga: Dokter RS UI: Virus Corona Tak Menular Lewat Tatapan

Dokter spesialis mikrobiologi klinik Rumah Sakit Universitas Indonesia, Feri Ibrahim, Selasa (4/2/2020).KOMPAS.COM/VITORIO MANTALEAN Dokter spesialis mikrobiologi klinik Rumah Sakit Universitas Indonesia, Feri Ibrahim, Selasa (4/2/2020).
Fera menjelaskan, area di sekitar hanggar cukup mendukung bagi "pengenceran konsentrasi virus", karena area tersebut terbuka.

Sirkulasi udara melalui ventilasi juga mengalir lancar.

Ia kurang sependapat dengan unjuk rasa sejumlah warga Natuna, yang salah satu tuntutannya, meminta pemerintah mengarantina WNI dari Wuhan di atas KRI milik TNI.

"Kalau dikarantina di kapal kan itu ruang tertutup. Kalau di hanggar kan ruangannya terbuka. Pengenceran konsentrasi virus di udara akibat percikan lebih mudah dilakukan, daripada di ruangan tertutup," jelas dokter spesialis mikrobiologi klinik itu.

"Di hanggar pun mereka (238 WNI) bisa punya sesi aktivitas luar ruang seperti senam. Jadi, saya rasa (penempatan 238 WNI di hanggar) sudah diperhitungkan oleh pemerintah," imbuh dia.

Baca juga: Dokter RS UI Minta Warga Natuna Tenang Sikapi Karantina WNI Terkait Virus Corona

Sementara itu, dokter RSUI, Raden Rara Diah Handayani menyebut, kekhawatiran warga Natuna tak perlu berlebihan.

Menurut dia, pemerintah Indonesia bakal merujuk pada standar Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk mencegah penyebaran virus corona ketika mengevakuasi WNI ke Natuna.

"Yang berisiko tertular itu orang yang melakukan kontak erat dengan pengidap virus Corona. Apa itu kontak erat, salah satunya jarak kontak itu 1,5 meter," ujar Rara.

"Kalau dikarantina, misalnya jaraknya 1 kilometer, kan jauh. Apalagi sampai 2 kilometer, 5 kilometer. Aman," imbuh spesialis pulmonologi itu.

Baca juga: Virus Corona, Korban Meninggal di China Mencapai 425 Orang

Ia coba memahami langkah pemerintah Indonesia melakukan karantina dan memantau 238 WNI di Natuna.

Rara berpendapat, daerah isolasi itu terbilang soliter dan jarang penduduk. Intinya, jauh dari keramaian.

"Kemudian saudara-saudara kita yang dievakuasi itu juga menggunakan masker. Lalu kenapa dikarantina 2 minggu, karena masa inkubasinya 2-14 hari sejak virus masuk hingga menimbulkan gejala sakit," ia menjelaskan.

"Kalau sesudah itu (karantina dan observasi) tidak ada gejala (mengidap virus corona), ya memang berarti tidak terinfeksi," tambah Rara.

Jumlah korban meninggal akibat wabah virus corona di Cina dilaporkan mencapai jumlah baru, yakni 425 orang.

Kabar itu disampaikan setelah otoritas di Hubei, provinsi di sentral "Negeri Panda" yang menjadi lokasi penyebaran virus, melaporkan adanya 64 kematian baru.

Selain itu, pemerintah setempat juga menyampaikan bahwa terdapat 3.235 kasus infeksi baru virus corona, membuat angkanya menyentuh level 20.400.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com