Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keyakinan PKS Menang Lagi di Depok

Kompas.com - 14/02/2020, 06:21 WIB
Vitorio Mantalean,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

"Artinya di Depok sendiri, mesin partai kami tidak terganggu sama Garbi dan Gelora," ujar dia.

Ade beranggapan, Garbi dan Gelora belum sanggup menunjukkan kekuatan basis pemilihnya, termasuk di Kota Depok. Hal itu berbanding terbalik dengan PKS yang sudah tiga periode menguasai rezim pemerintahan Kota Belimbing itu.

Buka peluang koalisi selebar-lebarnya

Meskipun yakin hegemoninya tak akan luntur di Depok, PKS masih tetap membuka opsi koalisi selebar-lebarnya.

"Kami tetap mencoba silaturahmi ya, membuka peluang (koalisi), walaupun PKS sudah bisa mengusung calonnya sendiri dengan 12 kursi (di parlemen)," kata Teungku Muhammad Yusufsyah Putra, Kamis kemarin.

Partai Golkar jadi yang terdepan untuk berkoalisi dengan PKS, kendati sekarang proses elektoral masih berlangsung di internal kedua partai.

"Masing-masing fokus menaikkan popularitas dan elektabilitas partainya. PKS dengan 3 kader kami, sedangkan Golkar dengan Pak Farabi (El Fouz, ketua DPD Golkar Kota Depok)," beber Putra

"Dengan partai lain juga masih terbuka. PKS sama partai mana pun belum ada deklarasinya. Kami masih jajaki semua, dengan Golkar, Demokrat, dan lain-lain," kata dia.

PKS juga tak menutup peluang menggaet kalangan nonpartai untuk diajak tempur di Pilkada Depok 2020. Mereka siap menggaet bakal calon independen, Yurgen Sutarno-Reza Zaki.

Namun, ada satu syarat penting yang akan menentukan langkah PKS, yakni keduanya mesti membuktikan sanggup menghimpun 85 ribu KTP dukungan warga Depok sebagai syarat maju sebagai calon independen.

Baca juga: Ogah Bertarung Sendirian di Pilkada Depok 2020, Siapa yang Dirangkul PKS?

"Untuk digaet jadi pendamping, kami masih harus lihat kalkulasi dukungan pemilihnya dulu. Kami lihat seberapa menariknya sampai dia berhasil mengumpulkan KTP," ujar Ade.

"Berhasil mengumpulkan KTP itu kan bukti bahwa dia mendapatkan dukungan dari masyarakat. Artinya, sejak mengumpulkan KTP, mereka sudah bisa meyakinkan masyarakat tentang ide-ide mereka soal Depok," lanjut dia.

Opsi terakhir, tentu Mohammad Idris yang tidak bisa dilewatkan begitu saja sebagai penguasa Kota Depok.

"PKS tingkat Depok memang kebijakannya mengusung kader asli tingkat kota. Tapi, seandainya nanti di detik terakhir ada perubahan-perubahan dari pengurus pusat, itu di luar kewenangan tim pemenangan tingkat kota," kata Ade.

Itu artinya, keputusan meminang Idris atau tidak, ada di tangan para pengurus pusat PKS.

Dalam survei rutin yang diadakan PKS beberapa bulan terakhir, kinerja Mohammad Idris juga jadi salah satu parameter yang disurvei.

"Jadi masih ada peluang itu (mengusung Idris), tetapi kewenangan itu ada di tingkat atas," ungkap Ade.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com