Sependapat dengan Dwi, wartawan senior otomotif, Arief Kurniawan menganggap gelaran balap mobil listrik Formula E 2020 Jakarta berpotensi menciptakan citra baik bagi Indonesia dan Jakarta.
Pemerintah dan pihak penyelenggara Formula E 2020 bisa memperkenalkan kawasan Monas di kancah Internasional sebagai cagar budaya sekaligus citra 'ramah lingkungan' untuk dijadikan lokasi balap mobil listrik.
Sehingga, pemerintah bisa mendapatkan sejumlah keuntungan sekaligus yakni citra positif untuk pariwisata dan keuntungan secara finansial.
3. Tingkatkan pendapatan negara
Dwi memperkirakan peningkatan gross domestic product (GDP) Indonesia dalam penyelenggaraan Formula E 2020.
Dwi mengatakan, berdasarkan perhitungan Bank Indonesia, GDP Indonesia bisa meningkat sebesar 0,02 persen dalam balapan yang hanya berlangsung sehari tersebut.
Baca juga: Formula E 2020 Jakarta Akan Dilengkapi 4.000 Toilet Berstandar Internasional
Jumlah itu lebih besar dibandingkan pendapatan GDP Indonesia saat penyelenggaraan Asian Games 2018 lalu, yakni 0,08 persen selama 2 minggu.
"Dari tim BI itu menghitung dampak persentase increase terhadap GDP satu hari tanggal 6 (Juni) itu 0,02 persen," kata Dwi.
Sehingga, Dwi yakin Formula E 2020 bisa menghasilkan pendapatan riil bagi negara sebesar Rp 500-600 miliar.
Tak hanya dukungan, gelaran balap mobil listrik ini juga menuai kritik dari anggota DPRD DKI Jakarta.
1. Habiskan anggaran
Fraksi PDI-Perjuangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta juga mengkritik besarnya anggaran yang dikeluarkan Pemprov DKI untuk penyelenggaraan ajang balap Formula E itu.
Anggota fraksi PDI-P Gilbert Simanjuntak mengatakan ajang balap mobil listrik yang digelar di Hongkong memakan biaya sekitar 250 hingga 300 juta dollar Hong Kong (HKD), atau setara dengan Rp. 529 miliar (asumsi 1 HKD = Rp 1.763).
Baca juga: Jakpro: Formula E Dukung Program Jokowi soal Percepatan Program Kendaraan Listrik
Sementara, Pemprov DKI mengeluarkan dana berlipat ganda untuk menyelenggarakan ajang balap mobil listrik itu.
"Apa yang membedakan biaya penyelenggaraan di Jakarta dua kali lipat biaya di Hong Kong, sementara bahan untuk membangun ada di Indonesia (batu, semen, pasir)," ujar Gilbert dalam pesannya, Selasa (11/2/2020).