"Zaman kan terus maju. Kita itu sudah jadi toko roti satu-satunya di Jakarta sampai tahun '70-an. Nah sejak 1970 mulai banyak toko kue yang muncul. Jadi kita juga menambah variasi menu," ujar Heru.
Toko Maison Weiner ini pun mulanya bukan berlabel cakeshop, melainkan Bengkel Koewe.
Bengkel koewe ini hanya membuat kue-kue saja, belum berkonsep seperti toko ataupun kafe.
Baca juga: Sejarah Pasar Senen, Dahulu Hanya Buka di Hari Senin
"Jadi Bengkel Koewe ini satu-satunya usaha yang membuat kue, yang lainnya itu toko klontong yang sudah menjual kue yang sudah jadi. Jadi dari Bengkel Koewe ini didistibusiin ke toko-toko klontong," ujar Heru.
Sambil sesekali menyeruput tehnya, Heru melanjutkan sejarah dari toko kue bersejarah se-Jakarta ini.
"Weiner-nya itu nama pemberian dari keluarga Belanda tempat nenek saya kerja dulu. Kalau Maison itu memang zaman Belanda semua toko, baik toko kue maupun yang bukan kue selalu disebut maison," ujar Heru.
Tidak hanya mempertahankan nama toko, toko kue ini juga tetap mempertahankan peralatan masak tua, seperti oven, yang dipakai sejak awal toko ini berdiri.
Saat ditemui Kompas.com, Heru mengajak ke tempat pembuatan roti dan kue di bagian paling belakang kue.
"Beberapa oven tuanya itu masih bisa dipakai. Cuma karena kapasitas dan ukuran kue makin besar, akhirnya beli yang baru, yang lama tetap disimpan," ujar Heru.
Oven-oven tua itu masih berdiri tegak. Tidak banyaknya penyok dan hanya ada sedikit karat menandakan bahwa toko ini merawat baik peralatan masak mereka.
Konsisten adalah kunci bertahan
Heru merasa bahwa ada perbedaan di antara era 80-an saat ia meneruskan usaha keluarga ini dengan era 2010-an.
"Makin ke sini zaman makin maju. Toko kue semakin banyak dan orang-orang juga mau beli makanan banyak jasa pengantar makanan sekarang. Dulu kita banyak pelanggan dari Jakarta Selatan tapi sekarang orang pasti malas datang jauh-jauh hanya untuk beli kue," ujar Heru.
Baca juga: Mengenal Sejarah di Museum Pustaka Peranakan Tionghoa
Namun kemajuan zaman tidak membuat Heru menyerah. Ia merasa justru dengan menjaga konsistensi lah yang membuat toko ini bertahan.
"Sekarang dengan tetap menjual roti dan kue-kue eropa yang klasik, bisa jadi nilai lebih. Yang tua mampir ke sini jadi nostalgia, yang muda ke sini jadi menemukan sesuatu yang baru. Itu saja sih," ujar Heru.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.