Dokter sempat beberapa kali menggunakan alat pacu jantung. Jantung Raka sempat merespons, awalnya.
Namun, singkat cerita, bayi mungil itu menghadap Yang Kuasa.
"Dokter ngasih saya kertas riwayat jantung anak saya. Saya enggak mau lihat, saya enggak mau ambil," ujar Vebby.
"Saya rasanya mau meledak. Saya bertanya, kenapa tidak saya saja yang meninggal saat di ICU kemarin-kemarin?" tambah dia.
Menanti keajaiban
Jenazah bayi Raka masuk ruang jenazah. Proses administrasi rampung dengan cepat.
Jarum jam menunjukkan pukul 18.00 WIB lebih, jenazah Raka sudah dapat dibawa pulang.
"Saat itu, saya ditanya oleh petugas jenazah, 'Bawa mobil atau tidak?'" kata Vebby.
Saat menuju RS Budi Asih, Vebby bersama suaminya menggunakan taksi online dari rumahnya.
Baca juga: Ditolak Dua Kali Sopir Taksi Online, Vebby Nyaris Naik Transjakarta Bawa Pulang Jenazah Bayinya
Petugas jenazah kemudian memberinya opsi, yakni menggunakan ambulans Pemprov DKI Jakarta atau ambulans swasta.
"Mereka bilang, ambulans DKI kemungkinan lama. Ambulans swasta mahal. Sementara ambulans mereka sedang tidak stand by," kata Vebby.
"Dalam posisi kalut gitu, saya berpikir, kalau yang namanya lama itu pasti di atas 2 jam. Kalau mahal di atas Rp 300.000. Sementara uang pegangan saya tinggal sekitar Rp 100.000," ia menambahkan.
Di tengah duka, Vebby dan suami mesti memutar otak. Sisa uang di kantong memang sudah tipis saat itu.
Pasalnya, waktu berangkat ke RS Budi Asih, Vebby dan suami hanya mengantongi uang sejumlah Rp 300.000.
Itu pun meminjam dari seorang saudara, karena mereka memang tak punya jadwal ke rumah sakit hari itu.
Pilihan paling efisien akhirnya jatuh ke moda taksi online. Namun, mereka mesti menunggu jenazah bayinya selama hampir 2 jam, karena para pengemudi taksi online yang dipesan menolak membawa jenazah.
"Mereka kan butuh waktu lama untuk datang. Begitu datang, petugas jenazah memberi surat jalan bahwa ini membawa jenazah. Pengemudi yang pertama seperti marah gitu, bilangnya order tidak sesuai dengan aplikasi. Sementara pengemudi kedua menolak begitu saja," Vebby bercerita.
Sang suami akhirnya memesan lagi taksi online untuk kali ketiga. Jam dinding menunjukkan waktu jelang pukul 20.00 WIB. Vebby berdoa agar kali ini, ia tak lagi ditolak.
Doanya terkabul. Pengemudi taksi online bernama Weimpy Sulendra datang ke depan ruang jenazah, lalu menerima surat jalan dari petugas jenazah.