Berbeda dari 41 pasien penderita DBD pada Februari 2020 yang didominasi usia 25 tahun.
"Kalau pasien yang saat ini (Maret) itu usianya 28 tahun ke atas. Itu awalnya ada 17 orang, tapi empat orang sudah pulang, dan 13 di antaranya masih dalam perawatan," katanya.
Menurut Benyamin, 87 pasien yang menjalani perawatan di RSU merupakan rujukan dari beberapa puskesmas yang tersebar di beberapa kelurahan dan kecamatan di Tangerang Selatan.
Benyamin mengatakan, kemunculan penyakit DBD yang menyerang 87 orang tersebut disebabkan banjir pada awal 2020.
"Ini karena kondisi lingkungan. Ini sekali lagi yang sampaikan ke masyarakat pascabanjir yang terjadi awal Januari lalu, waspadai penyakit yang ditimbulkan oleh binatang, termasuk nyamuk antara lain adalah DBD," kata Benyamin.
Baca juga: Dinkes Depok Catat 288 Pasien DBD sejak Awal 2020
Benyamin menilai banjir yang merendam beberapa titik wilayah Tangerang Selatan bukan hanya menimbulkan penyakit DBD.
Sejumlah warga yang bermukim di wilayah Jombang, Ciputat, Lamtoro, dan Pamulang Timur mengidap penyakit cikungunya pada Februari 2020.
"Kita juga tidak ingin, kemarin ribut cikungunya. Memang betul ada beberapa orang," ucapnya.
Kini, Benyamin berharap dengan musim yang dinilai kian berubah dapat meminimalisasi penyakit yang disebabkan oleh binatang nyamuk.
"Mudah-mudahan dengan musim ini, sudah kemarau, kondisinya terus stabil," ucapnya.
Kemunculan penyakit DBD dan cikungunya yang menyerang warga membuat Pemerintah Kota Tangerang Selatan bergerak cepat.
Dalam waktu dekat, Pemkot Tangsel bakal menggencarkan penyemprotan dan juru pemantau jentik (jumantik).
Baca juga: 87 Orang di Tangsel Terserang DBD, Benyamin: Akibat Banjir Awal Tahun 2020
Benyamin mengaku telah memerintahkan camat dan lurah yang ada di wilayah Tangerang Selatan untuk melakukan upaya tersebut dalam mencegah penyakit DBD.
"Saya sudah instruksi kepada para camat dan lurah untuk melakukan kebersihan lingkungan, termasuk jumantik," ujar Benyamin.
Benyamin menjelaskan, upaya penyemprotan sebetulnya telah dilakukan secara rutin.
Namun, penyemprotan itu dinilai hanya sebatas mengusir nyamuk yang berkeliaran di sekitar rumah masyarakat.
"Fogging itu kita lakukan, tapi hanya sebatas untuk mengusir nyamuk dewasanya saja, yang paling penting jentik nyamuknya yang ada di air bersih," katanya.
Oleh karena itu, upaya penyemprotan harus disandingkan dengan adanya jumantik yang merupakan bagian dari pencegahan.
"Kalau tidak ada tim jumantik, angkanya saya yakin mungkin angka penderita bisa dua kali lipat. Justru karena jumantik angkanya bisa seperti sekarang," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.