Anak dan suami dirumah pun juga ikut jadi perhatiannya. Dia tidak mau pulang kerumah membawa penyakit dan menularkanya kepada keluarga.
Maka dari itu, setiap hendak pulang ke rumah, dia rela mandi di rumah sakit demi memastikan dirinya bersih dari virus.
“Sampai di rumah pun saya usahakan jaga jarak dengan orang rumah,” ucap dia.
Namun terlepas dari itu, M hanya bisa berserah kepada Tuhan.
Ia percaya jika yang maha kuasa akan selalu melindunginya beserta keluarga.
Namun M juga meyakini Tuhan juga memberikan dia akal dan pikiran untuk tetap menjaga diri, bukan hanya berserah belaka namun abai kepada kondisi sekitar.
“Harus punya hikmat, punya pikiran. Karena kan iman tanpa perbuatan adalah mati, sama saja seperti itu saja,” terang dia.
Baca juga: Transjakarta Prioritaskan Tenaga Medis, Bisa Naik Bus Tanpa Antre
Banyaknya pasien yang berdatangan membuat M dan para tenaga medis lain harus bekerja keras.
Melayaninya pun tidak sembarangan.
Para dokter dan petugas yang lain harus menggunakan alat pelindung diri (APD) yang lengkap, dari ujung kaki hingga ujung kepala.
Terlebih jika ada beberap pasien mereka yang dinyatakan sebagai PDP. Dengan cepat mereka harus menyediakan ruangan isolasi.
Tidak jarang mereka kekurangan ruang isolasi untuk menampung PDP.
Mau tidak mau, ruangan apapun disulapnya menjadi ruang isolasi.
“Kita sebenarnya hanya punya tiga ruang isolasi, satu ruangan itu berisi satu orang. Karena terdesak kita harus ambil keputusan buat ruangan lain. Seperti IGD kita sekarang jadi ruang isolasi,” katanya.
Selain kurangnya ruang isolasi, M juga mengalami permasalahan lain yakni kurangnya APD.
Mereka setiap harinya harus memakai APD lengkap selama masuk ke dalam ruang isolasi.
Ketika keluar ruangan isolasi, mereka harus melepaskan APD tersebut dan mengganti dengan yang baru.
Baca juga: Tenaga Medis Disebut Lebih Butuh Tes Corona Ketimbang Anggota DPR
Belum lagi jika mereka keluar masuk ruang isolasi dalam satu hari. Tidak terhitung berapa APD yang dihabiskan.
Maka dari itu, M menugaskan satu orang petugas medis berada di dalam satu ruangan isolasi.
Nantinya petugas itulah yang merawat pasien di dalam ruangan selama seharian.
M pun memberikan arahan kepada petugas tersebut dari balik kaca, sesekali masuk ke dalam.
“APD kita nggak boleh yang biasa saja, harus yang sama pakai coverall. Lalu petugas enggak boleh keluar masuk, jadi dia harus tetap di ruangan tersebut. Keluar masuk lagi harus memakai ADP yang baru,” ucap dia
Lambat laun persediaan APD pun menipis. Walaupun pada akhirnya pemerintah memberikan bantuan APD kepada rumah sakitnya.