JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tampak emosional saat mengungkat data jumlah warga Jakarta yang dikubur dengan protokol pemulsaraan pasien Covid-19.
Berdasarkan data Dinas Pemakaman dan Kehutanan DKI Jakarta ada 283 warga yang dikuburkan dengan protokol itu.
Mereka yang dikuburkan ini banyak di antaranya masih belum sempat menjalani tes Covid-19 namun meninggal dunia dengan gejala seperti terinfeksi virus corona.
Adapula yang sudah diambil sampelnya namun uji laboratorium belum keluar, warga itu sudah lebih dulu meninggal dunia.
Baca juga: Lebih Besar dari Angka Kematian Nasional, 283 Jenazah di DKI Dimakamkan dengan Protokol Covid-19
Angka pemakaman di DKI Jakarta dengan protokol Covid-19 ini jauh lebih besar daripada jumlah pasien corona yang meninggal dunia secara nasional.
Diketahui, jumlah pasien positif corona yang meninggal dunia di Indonesia mencapai 122 orang.
Saat menyinggung soal begitu besarnya angka pemakaman warga itu, Anies terlihat sedikit menahan emosinya. Suaranya pun terdengar bergetar.
Berita soal pernyataan Anies terkait perkembangan virus corona di Jakarta menjadi berita terpopuler Megapolitan pada Senin (30/3/2020).
Baca juga: Dicari, Relawan Tenaga Medis untuk Hadapi Corona di Jakarta
Berita populer lainnya yang masih disorot pembaca adalah terkait seruan Dokter Tirta agar warga fokus saling membantu hingga permintaan Anies agar Jakarta diterapkan karantina wilayah.
Jika Anda terlewat, berikut empat berita terpopuler di Megapolitan Kompas.com sepanjang kemarin:
Suara Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mendadak bergetar ketika ia menyampaikan data mengenai jumlah korban meninggal dunia yang harus dimakamkan sesuai protokol pemulasaran jasad pasien Covid-19.
Anies menyebutkan, Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta mencatat 283 jasad dikebumikan kurang dari 4 jam selepas wafat, dibungkus plastik, menggunakan peti, dan petugas pemakamannya mengenakan alat pelindung diri ( APD).
Data itu dicatat dalam kurun waktu tak sampai sebulan, yakni pada rentang 6-29 Maret 2020.
"Ini menggambarkan bahwa situasi di Jakarta terkait dengan Covid-19 amat mengkhawatirkan. Karena itu saya benar-benar meminta kepada seluruh masyarakat Jakarta, jangan pandang angka ini sebagai angka statistik," ujar Anies dalam konferensi pers di Balai Kota, Senin (30/3/2020).
Baca juga: Anies: 283 Jenazah Dimakamkan dengan Protokol Pemulasaran Jasad Pasien Covid-19
"(Data) 283 itu bukan angka statistik. Itu adalah warga kita yang bulan lalu sehat... Yang bulan lalu bisa berkegiatan..." imbuh dia, dengan suara bergetar.
"Mereka punya anak, mereka punya istri, mereka punya saudara, dan ini semua harus kita cegah pertambahannya."
Anies bilang, belum tentu semua jasad yang dimakamkan itu merupakan pasien Covid-19, sebagian mungkin masih berstatus suspect (dicurigai) Covid-19, karena belum dites atau hasil tes belum rilis saat meninggal.
Keadaan tadi, menurut dia, menunjukkan bahwa kondisi Jakarta sebagai pusat pandemi Covid-19 di Indonesia masih amat mengkhawatirkan.
Baca selengkapnya di sini.
Tirta Mandira Hudhi, pengusaha sekaligus influencer bergelar dokter, terus mengedukasi masyarakat akan pentingnya menghadapi Covid-19.
Menurut dia, meski tak bisa terjun langsung ke rumah sakit untuk merawat pasien, dia masih bisa menerapkan sumpah dokternya dengan mengedukasi masyarakat.
Namun, dia merasa miris ketika melihat masih banyak warga Indonesia yang saling menghujat, bahkan memolitisasi infeksi Covid-19 di media sosial.
"Untuk netizen stop menghujat, ini penyakit (Covid-19) musuh bersama. Bukan berarti kita di Twitter, Instagram, Youtube malah hujat A B, hujat Pak Anies, Pak Jokowi. Malah digeser ke politik, dibawa ke pemilu cebong, kampret!" kata Tirta saat dihubungi Kompas.com.
Baca juga: Dr Tirta Ceritakan Menyedihkannya Kondisi Dokter yang Berjuang Lawan Covid-19
Tirta kemudian mengutuk para buzzer yang kian memecah belah masyarakat di dunia maya di tengah pandemik Covid-19 ini.
Menurut dia, wabah ini sudah seperti penjajahan dengan bentuk bencana non-alam. Penyebarannya yang begitu cepat serta banyaknya korban jiwa menunjukkan hal tersebut.
"Enggak usah hujat, ini sudah musuh bersama kayak penjajah. Pejuang '45 kita bersatu melawan penjajahan, masak kita enggak bisa bersatu lawan virus," ucap Tirta.
Baca juga: Cerita Dokter Tirta, Influencer yang Terjun Langsung Lindungi Tenaga Medis dari Covid-19
Tirta mengatakan, pemerintah harus segera mengambil langkah cepat untuk mengantisipasi penyebaran penyakit ini.
Sementara bagi warga harus berpartisipasi dengan tetap di rumah jika tak ada keperluan yang benar-benar mendesak.
Baca selengkapnya di sini.
Sebanyak 183 jemaah Masjid Jami Kebon Jeruk yang berstatus orang dalam pengawasan ( ODP) terkait Covid-19 menjalani proses isolasi di masjid tersebut.
Masjid yang berada di Kelurahan Maphar, Tamansari, Jakarta Barat, itu menjadi pusat perhatian ketika tiga jemaahnya dinyatakan positif terinfeksi Covid-19 dan membuat ratusan jemaah lainnya diisolasi dalam masjid.
Wali Kota Jakarta Barat Rustam Effendi mengungkapkan kronologi yang menyebabkan ratusan jemaah berstatus ODP dan tiga di antaranya positif Covid-19.
Baca juga: Perbandingan Jumlah Tes Virus Corona Indonesia dengan 9 Negara Asia
Pemkot Jakarta Barat mulanya mendapat informasi bahwa jemaah masih berkumpul di masjid, padahal sudah ada imbauan untuk menjaga jarak sosial guna mencegah penularan penyakit akibat virus corona jenis baru, SARS-CoV-2.
"Begitu ada peristiwa ini, kami dapat informasi masih banyak orang berkumpul. (Padahal) seruan Pak Gubernur tidak lagi berkumpul dan shalat berjemaah, maka saya datang ke sana," ucap Rustam saat dihubungi, Senin (30/3/2020).
Rustam mengatakan, jemaah kerap berkumpul bersama di Masjid Jami. Sebab, masjid tersebut merupakan cagar budaya dan destinasi rohani warga dalam dan luar negeri.
Baca juga: Tiga Jemaah Positif Covid-19, Sekitar 170 Orang Diisolasi di Masjid di Taman Sari
"Masjid itu sudah sejak zaman dahulu, tempat orang berkunjung dan berziarah. Bukan dari Indonesia, termasuk dari ASEAN, bahkan Timur Tengah. Berziarah, berdiam beberapa waktu," ujar Rustam.
Selain itu, jemaah dan ustaz juga kerap melakukan tablig dalam masjid. Beberapa dari mereka ada yang bermukim di area masjid tersebut dalam waktu cukup lama.
"Di samping itu juga jemaah juga ada, ustaz juga ada mereka tablig dari rumah ke rumah. Dia bermukim di situ, sudah berlangsung puluhan tahun," sambung Rustam.
Baca juga: 182 Orang yang Diisolasi di Masjid Taman Sari Didominasi WNA
Pemkot Jakbar langsung mengambil langkah untuk melakukan rapid test kepada jemaah. Rapid test diadakan pada Kamis (26/3/2020) melalui Sudinkes Jakbar.
Hasilnya, diketahui ada tiga orang yang positif Covid-19 dan dilarikan ke rumah sakit. Sedangkan sisanya menjalani isolasi darurat di masjid.
Baca selengkapnya di sini.
4. Anies minta Jakarta dikarantina
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah meminta pemberlakuan karantina wilayah DKI Jakarta demi mencegah penyebaran virus corona tipe 2 (SARS-CoV-2) penyebab Covid-19.
Permintaan itu disampaikan Anies kepada pemerintah pusat. Namun, di dalam usulannya itu, Anies juga meminta sejumlah sektor usaha tetap bergerak jika karantina wilayah benar-benar diberlakukan.
"Pertama adalah energi, yang kedua adalah pangan, ketiga adalah kesehatan, keempat adalah komunikasi, dan kelima adalah keuangan. Itu yang kami pandang perlu mendapat perhatian," ujar Anies saat konferensi pers di Balai Kota DKI Jakarta yang disiarkan akun YouTube Pemprov DKI, Senin (30/3/2020).
Anies menyampaikan, lima sektor itu adalah sektor-sektor mendasar sehingga harus tetap berjalan.
Selain lima sektor itu, ada pula sektor-sektor mendasar lainnya yang harus tetap beroperasi.
Baca selengkapnya di sini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.