Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pengusaha Mesin Laundry Banting Setir Bikin Ventilator demi Perangi Corona

Kompas.com - 14/04/2020, 16:05 WIB
Walda Marison,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA,KOMPAS.com - Anton Agusta masih berkutat di dalam bengkelnya di saat seluruh karyawannya sudah dirumahkan. Dia dan kelima rekannya masih sibuk merakit dan bongkar pasang mesin sana–sini.

Namun, kali ini Anton tidak sedang merakit mesin laundry koin seperti biasa. Pria yang ahli di bidang teknologi justru sibuk merakit ventilator.

Untuk diketahui, ventilator adalah alat kesehatan yang biasa digunakan untuk membantu pernapasan pasien di rumah sakit.

Baca juga: UI Kembangkan Ventilator Pasien Corona, Diklaim Lebih Murah dan Mudah

Mungkin terdengar aneh ketika seorang pengusaha di bidang mesin cuci banting setir jadi pembuat ventilator yang notabene alat kesehatan. Namun, nyatanya inilah yang sedang Anton lakukan.

Pria yang berkantor di bilangan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan ini tergerak membuat ventilator demi kepentingan pasien yang terjangkit Covid-19 akibat terpapar virus corona tipe 2 atau SARS-CoV-2.  

Pasalnya, pasien Covid -19 umumnya mengalami gangguan paru-paru yang mengakibatkan sulit bernapas. Selain itu, dia mengklaim bahwa jumlah ventilator di Indonesia masih minim.

Maka dari itu, dia merasa perlu membuat ventilator dengan bahan yang mudah didapat dan harga terjangkau.

Walau minim pengetahuan tentang kesehatan, Anton tidak menutup niatnya untuk berkontribusi melawan Covid-19.

Baca juga: Wabah Covid-19, Pemerintah Kembangkan Ventilator Portabel

Sebenarnya, Anton tidak pernah mengira akan membuat alat medis seperti itu. Hatinya mulai terketuk ketika diingatkan seorang teman pada saat awal-awal pemberlakuan social distancing.

“Teman saya dari Makassar namanya Khaidir Khaliq bilang, ‘Kamu punya kemampuan di bidang teknologi, bergerak lah. Di rumah akan mati, bergerak juga akan mati. Tapi setidaknya kamu beri sumbangsih dengan keahlianmu,” kata Anton saat dihubungi di Jakarta, Selasa (14/4/2020).

Hatinya bergetar kala mendengar ucapan tersebut. Anton kemudian sadar, bahwa diam di rumah saja tidak akan membuat perubahan. Dari sanalah timbul keinginan untuk berontribusi memerangi Covid-19 berdasarkan keahlianya.

Pria 38 tahun ini awalnya membuat bilik atau chamber untuk penyemprotan disinfektan. Bilik yang diciptanya cukup berhasil, bahkan sempat diproduksi hingga 200 unit.

Namun, belakangan bilik tersebut tidak berkembang lagi karena penyemprotan disinfektan ke tubuh manusia dilarang pemerintah.

Baca juga: Jangan Semprot Disinfektan Langsung ke Manusia, Ini Bahayanya Kata Pakar UGM

“Ternyata ada larangan dari Kemenkes. Ya sudah kami enggak mungkin melawan pemerintah,”  kata dia.

Pantang menyerah, begitu yang ada dalam benak Anton. Dia kembali memutar otak mencari cara agar bisa berkontribusi melawan Covid-19.

Ide segar kembali datang dari Khaidir

Pekerja memperagakan alat peraga manusia dan ventilator darurat di Industri UMKM Agusta Dryer, Cidodol, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (14/4/2020). UMKM Agusta Dryer membuat Ventilator hasil belajar secara online dari Forum O2 yang berpusat di Kota Barcelona, Spanyol. Pembuatan ventilator darurat ini berharap dapat diuji coba oleh Kementerian Kesehatan RI agar dapat di produksi untuk tujuan kemanusiaan bagi Pasien COVID-19.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Pekerja memperagakan alat peraga manusia dan ventilator darurat di Industri UMKM Agusta Dryer, Cidodol, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (14/4/2020). UMKM Agusta Dryer membuat Ventilator hasil belajar secara online dari Forum O2 yang berpusat di Kota Barcelona, Spanyol. Pembuatan ventilator darurat ini berharap dapat diuji coba oleh Kementerian Kesehatan RI agar dapat di produksi untuk tujuan kemanusiaan bagi Pasien COVID-19.

Khaidir kembali bebincang dengan Anton. Kali ini dia mencetuskan ide agar Anton membuat ventilator.

“Tapi dia enggak kasih tahu caranya, dia cuma bilang kalau alat ini berguna dan di sini (Indonesia masih sedikit, Jadi saya yang cari tahu caranya,” ucap Anton.

Anton kemudian menyelami dunia maya guna mencari cara membuat ventilator dengan bahan yang sederhana, mudah, terjangkau, dan tidak menghilangkan fungsinya.

Dalam perjalananya, Anton akhirnya bergabung dengan forum berskala internasional yang bergerak di bidang pembuatan alat kesehatan. Di forum inilah Anton mendapatkan informasi dan peralatan yang digunakan untuk merakit alat ventilator.

“Jadi saya mendapat blueprint untuk membuat ventilator. Ini blueprint-nya sama dengan apa yang sudah dibuat di Barcelona dan sudah diproduksi massal di sana. Jadi kami pastikan ventilator ini sesuai dengan standar kesehatan,” jelas dia.

Baca juga: Kematian Meningkat, Dokter Berusaha Tak Pakai Ventilator untuk Covid-19

Selama pembuatan ventilator tersebut, sudah banyak yang Anton korbankan. Mulai dari waktu, tenaga, hingga uang tabungan pribadi.

“Saya pakai uang pribadi saya. Sejauh ini sudah habis sebanyak Rp 30 juta. Mungkin kalau alatnya sampai selesai bisa sampai Rp 40 juta,” ungkap dia.

Tidak jarang Anton kesulitan dana dalam proses pembuatan ventilator. Alhasil, dia harus putar otak untuk cari bahan yang terjangkau.

"Saya cari speedometer harganya ratusa juta. Wah enggak kuat, akhirnya enggak jadi. Saya cari mannequin paru-paru harganya Rp 14 juta. Akhirnya saya minta tolong ke teman, dibikinin,  dan harganya turun jadi Rp 3.000.000,” ujarnya.

Namun, bagin Anton, puluhan juta yang sudah ludes akan terbayar lunas jika alat tersebut berfungsi dengan baik. Terlebih jika lolos uji kelayakan dari Kementerian Kesehatan. Sepeser pun keuntungan tidak ada yang dia harapkan dari setiap ventilator buatannya.

Kini ventilator yang dia buat sudah mencapai 85 persen, kemungkinan minggu ini ventilator miliknya sudah selesai.

Baca juga: Pabrik Motor Indonesia Siap Bantu Produksi Ventilator untuk Pasien Corona

Jika alat ini sudah dinyatakan layak oleh Kemenkes, Anton akan menyerahkan produksi massal ke pihak ketiga.

“Rencana saya mau gandeng pihak BUMN yang punya tenaga produksi lebih besar atau mungkin pihak swasta. Sampai ini bisa dipakai dan diproduksi berarti kerja saya sudah selesai,” tutup dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com