Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kualitas Demokrasi Indonesia Menurun, Ini PR bagi Pemerintah

Kompas.com - 21/05/2020, 20:57 WIB
Achmad Nasrudin Yahya,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Analis politik Exposit Strategic Arif Susanto menyebut pemerintah memiliki sejumlah pekerjaan rumah (PR) guna memperbaiki kemerosotan kualitas demokrasi di Indonesia.

Menurut Arif, langkah pertama yang perlu dibenahi adalah meminimalisir perbuatan yang mengarah pada pemusatan kuasa ekonomi-politik.

"Pemusatan kuasa menjadi persoalan yang semakin serius lewat kesenjangan ekonomi-politik. Jika problem distribusi sumber daya ini bisa diselesaikan, persoalan lain menjadi lebih mudah dicarikan solusinya," ujar Arif dalam diskusi "Peringatan 22 Tahun Reformasi" yang digelar melalui daring, Kamis (21/5/2020).

Baca juga: Kualitas Demokrasi Indonesia Dinilai Cenderung Menurun, Ini Faktornya

Kemudian, lanjut Arif, langkah kedua adalah perombakan dalam penegakan hukum.

Dia menilai, mampatnya reformasi di bidang hukum menimbulkan komplikasi sistematik dalam kehidupan bernegara.

Menurutnya, jika tidak segera ada terobosan, maka ambruknya reformasi hanyalah soal waktu.

Selain itu, langkah ketiga adalah penguatan civil society.

Arif menuturkan demokrasi yang kuat membutuhkan negara maupun civil society yang sama kuatnya.

Sebab, perbaikan sistem hukum, ekonomi, dan politik dapat memperkuat negara dan memberdayakan rakyat.

Dengan begitu, penguatan civil society akan memberi harapan lebih baik bagi demokrasi deliberatif.

Langkah terakhir adalah penguatan independensi media.

Menurut Arif, hal tersebut agar mampu memainkan peran sebagai watchdog bagi pemerintah maupun masyarakat.

"Sehingga media perlu lebih otonom. Peran untuk mengembangkan nilai-nilai sosial, termasuk keterbukaan dan kesetaraan, perlu lebih menonjol," tegas Arif.

Arif menambahkan, pembangunan demokrasi perlu diarahkan pada pembaruan sistem, bukan sekadar penciptaan aktor sentral untuk dititipi agenda.

Baca juga: Membangun Jembatan, Refleksi dari Sekolah Demokrasi LP3ES

Dia menyatakan, hal tersebut merupakan PR serius karena dalam dekade terakhir nyaris tidak jelas arah pembaruan sistem politik nasional.

Selain itu, sambung dia, peningkatan kesadaran politik memberi tantangan tentang bagaimana mengubahnya menjadi kekuatan politik kohesif.

"Pengetahuan dan keterikatan politik orang secara umum meningkat, tetapi hal itu belum bertransformasi menjadi suatu kekuatan politik penyeimbang bagi pemusatan kuasa di kalangan elite," ungkap Arif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com