Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tukang Sampah Berutang Beli Kuota Internet sampai Pinjam Ponsel Tetangga demi Anak Belajar dari Rumah

Kompas.com - 28/07/2020, 15:34 WIB
Wahyu Adityo Prodjo,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sili (42) harus memutar otak demi anaknya tetap bisa bersekolah. Ia hanya mempunyai satu ponsel, sedangkan pekerjaannya tak bisa mendukung kegiatan belajar secara finansial.

Satu ponsel milik Sili mesti digunakan oleh tiga orang. Pertama, untuk Sili bekerja, kemudian untuk keperluan belajar dua anaknya.

Sili mengaku bahwa anaknya menangis meminta ponsel untuk mendukung belajar jarak jauh. Anak sulungnya, Putri Ananda (12), juga sering kali berebut ponsel dengan adiknya Febi Napisah (7) untuk belajar.

Putri merupakan siswa kelas VII di SMP 118 Jakarta, sedangkan Febi adalah siswa kelas 2 SDN 05 Rawamangun.

Baca juga: Kisah Sili, Tukang Sampah yang Kewalahan Sediakan Handphone untuk Anaknya Belajar

"Kalau untuk paket data itu bingung, kalau enggak punya duit, anak saya enggak bisa belajar," ujar Sili saat dihubungi Kompas.com, Selasa (28/7/2020) pagi.

Sili berbincang dengan Kompas.com di tengah waktunya bekerja mengumpulkan sampah. Ia bertugas mengumpulkan sampah di sebuah wilayah di Kelurahan Rawamangun, Pulogadung, Jakarta.

Saat itu, Sili kebetulan sedang mengambil sampah di rumah Wakil Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (Wasekjen FSGI) Satriwan Salim. Sili menggunakan ponsel milik Satriwan untuk berbincang dengan Kompas.com.

Selama belajar dari rumah, Putri dan Febi selalu bertengkar berebut ponsel untuk belajar. Untuk urusan kirim tugas sekolah, mereka selalu terlambat karena keterbatasan gawai dan kuota internet.

Baca juga: Pemkot Bekasi Akui Miliki Keterbatasan Sediakan Wifi Penunjang Belajar Daring

"Kan sudah bilang sama guru, saya punya HP cuma satu, enggak kalau telat kirim? Enggak apa-apa yang penting ada laporan," ujar Sili.

Ia harus mengakali kondisi kuota internet yang kembang kempis. Sili juga sering meminjam uang ke tetangga untuk membeli kuota internet.

"Kita masalah paket data keteter (kesusahan). Seminggu Rp 50.000 ngutang-ngutang. Habis kan buat belajar tiap hari," kata laki-laki yang bernama lahir Mansur itu.

Kuota internetnya habis untuk kegiatan belajar, seperti video call, mengirim video, dan mengirim tugas-tugas lainnya.

"Sebulan habis pulsa sekitar Rp 400.000. Kalau Simpati kan enggak ada yang murah," katanya.

Jika paket data habis, Sili terpaksa meminjam ponsel milik tetangga demi anaknya bisa mengirimkan tugas.

Baca juga: Bagi Keluarga, Beras Jauh Lebih Penting Daripada Ponsel dan Kuota Internet

Sili (42) yang bekerja sebagai tukang sampah di Kelurahan Rawamangun, Pulogadung, Jakarta kebingungan anaknya tak memiliki handphone untuk belajar dari rumah. Sementara itu, kegiatan belajar mengajar di tengah pandemi Covid-19 sudah ditetapkan dengan metode Pembelajaran Jarak Jauh.FSGI/SATRIWAN SALIM Sili (42) yang bekerja sebagai tukang sampah di Kelurahan Rawamangun, Pulogadung, Jakarta kebingungan anaknya tak memiliki handphone untuk belajar dari rumah. Sementara itu, kegiatan belajar mengajar di tengah pandemi Covid-19 sudah ditetapkan dengan metode Pembelajaran Jarak Jauh.

Ia pun mengumpulkan botol air mineral plastik dan barang rongsokan demi mendapatkan uang tambahan. Jika berhasil, ia mendapatkan uang Rp 100.000. Sebanyak Rp50.000 untuk beli paket data dan Rp 50.000 untuk biaya makan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com