“Mau menyiapkan berapa rumah sakit yang harus dibuka? Siapa juga (tenaga kesehatan) yang mau kerja nantinya kalau sebanyak itu?” tuntas Novarita.
Ia menyoroti rendahnya kepatuhan warga Depok terhadap protokol pencegahan penularan Covid-19.
Bagi Novarita, Depok tidak dapat hanya mengandalkan rumah sakit sebagai bagian hilir penanggulangan pandemi.
"Gerakan pakai masker itu harus digencarkan, kalau kita tampung saja seluruh pasien, kayaknya enggak akan bisa menampung kalau pencegahannya tidak dilakukan," ujarnya.
"Karena jumlah tempat tidur yang bisa disediakan berapa? Jumlah penduduk berapa? Nanti bisa kayak di Surabaya. Makanya, berpikirnya harus dari pencegahannya, bukan responsnya. Mau nyiapin berapa tempat tidur?" tuntas Novarita.
Baca juga: Lonjakan Kasus Covid-19 di Depok: Data Pemkot Tak Transparan hingga Disentil Mendagri Tito
Dikritik Mendagri
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian sebelumnya mengkritik penanganan Covid-19 di Kota Depok.
Temuan kasus Covid-19 saat ini dianggap tidak menggambarkan keadaan sebenarnya di Kota Depok.
Dalam acara pembagian 2 juta masker dari Mendagri kepada Kota Depok, Tito menegur Wali Kota Depok Mohammad Idris akibat rasio tes Covid-19 di Depok yang sangat rendah.
Meskipun Idris mengklaim angka positivity rate di Depok menurun, Tito menyebut hal itu tidak cukup.
Sebab, sejauh ini, jumlah warga Depok yang dites PCR hanya sekelumit dari total 2,4 juta penduduk di wilayah itu.
"Tadi kan saya lihat langsung, Bapak mengatakan positive rate, Pak Wali. Positive rate-nya sekian, ada kemajuan (Depok) menjadi (zona) oranye. Nanti dulu, saya mau tanya sampelnya berapa? 6.578, betul ya, Pak?" kata Tito.
"Sebanyak 6.578 dari 2 juta, ketemunya 0,03 persen. Artinya yang di-sampling, yang diperiksa 0,03 persen, rendah sekali. Itu belum menggambarkan populasi," kata Tito Karnavian.
Intinya, Tito berujar, klaim penularan Covid-19 yang rendah di Depok sukar dijadikan pijakan, karena jumlah pemeriksaan yang sangat sedikit dan belum menggambarkan keadaan secara menyeluruh.
“Berdasarkan ilmu metodologi, (sampel) 0,03 persen itu tingkat kesalahannya tinggi sekali,” ujar Tito.
“Misalnya ada kelurahan yang masih 0 (kasus Covid-19), itu berita bagus. Tapi, secara sains, kita harus cek dulu. Ada enggak tes di sana yang cukup masif?” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.