Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak Pangeran Diponegoro di Batavia, Hampir Sebulan Menunggu Keputusan Pengasingan

Kompas.com - 16/08/2020, 11:08 WIB
Wahyu Adityo Prodjo,
Jessi Carina

Tim Redaksi

Surat yang ia tulis, satu surat untuk ibunya, Raden Ayu Mongkorowati. Satu surat lagi untuk putra sulungnya, Pangeran Diponegoro Muda.

Selama berada di tempat pengasingan di Batavia, Pangeran Diponegoro ditemui oleh beberapa pejabat pemerintahan kota Batavia yang dipimpin oleh Jan van der Vinne (1793-1870).

Ia seorang kepala pemangku hukum (hoofdbaljuw) yang menjabat presiden pengadilan kota untuk pribumi (landraad).

Ada pula yang Van der Vinne, seorang Wakil Presiden Bataviaaasch Genootschap VAN Kunsten en Wetenschappen (Perhimpunan Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Batavia).

Ada juga pihak syahbandar, Johannes Nicolaas Olijve dam Adrianus Johannes Bik. Bik merupakan seorang pelukis berbakat yang dikenal dengan hasil lukisan Pangeran Diponegoro dan kini disimpan di Rijksprenstenkabinet di Rijkmuseum, Belanda.

Tersiksa di Batavia

Peter Carey menuliskan bahwa Pangeran Diponegoro merasakan tinggal selama tiga minggu di Stadhuis sebagai siksaan. Pengakuan tersebut Pangeran Diponegoro ceritakan kepada perwira kawalnya saat dalam perjalanan menuju Manado, tempat pengasingan akhir setelah di Batavia.

Baca juga: Mengenang Peristiwa Pembakaran Bekasi dari Tugu Perjuangan...

Pangeran Diponegoro tinggal di Batavia dengan kondisi terjangkit malaria. Suasana panas Batavia dianggap sebagai siksaan dirinya yang sedang sakit.

“Kesehatannya tak memungkinkan dia hidup di Batavia di mana ia bisa menjadi korban hawa sangat panas,” tulis Knoerle, perwira kawal berpangkat Letnan Dua yang diperintahkan oleh Van den Bosch untuk mendampingi Pangeran Diponegoro.

Pangeran Diponegoro dalam babad karyanya, menyatakan karena “sakit parah” memaksanya tinggal di pembaringan dan tak bisa bertemu dengan Van den Bosch.

Pangeran Diponegoro tinggal di sebuah kamar di atas penjara wanita di Stadhuis. Kamar itu awalnya adalah kamar kepala penjara (cipierswoning) di Stadhuis yang harus dikosongkan jika ada tahanan politik berstatus tinggi seperti Pangeran Diponegoro.

Panorama Stadhuisplein Batavia (Alun-Alun Balaikota) atau kini dikenal dengan Taman Fatahillah dilihat dari ruang Pangeran Diponegoro, Rabu (12/8/2020). Dalam masa penahannya hampir satu bulan di Stadhuis Batavia atau dikenal saat ini sebagai Museum Fatahillah, Pangeran Diponegoro sesekali melihat panorama Stadhuisplein dari balik jendela. KOMPAS.com/WAHYU ADITYO PRODJO Panorama Stadhuisplein Batavia (Alun-Alun Balaikota) atau kini dikenal dengan Taman Fatahillah dilihat dari ruang Pangeran Diponegoro, Rabu (12/8/2020). Dalam masa penahannya hampir satu bulan di Stadhuis Batavia atau dikenal saat ini sebagai Museum Fatahillah, Pangeran Diponegoro sesekali melihat panorama Stadhuisplein dari balik jendela.

Ruangannya berukuran sekitar 4x5 meter. Dari jendela kamar, ia bisa memandang langsung alun-alun Stadhuis (Stadhuisplein) atau dikenal kini sebagai Taman Fatahillah.

Pangeran Diponegoro ditempatkan di ruang kepala penjara, tak seperti tahanan kriminal lain di penjara bawah tanah yang sempit. Pangeran Diponegoro dianggap tahanan politik berstatus terhormat sehingga diberikan tempat yang layak.

Sebelum menuju Batavia, Pangeran Diponegoro pun sudah sakit-sakitan. Pangeran Diponegoro sempat ditandu saat mendaki sebuah bukit terjal menuju Bedono di perbatasan Karesidenan Semarang.

Setelah keputusan Dewan Pengadilan Belanda keluar, Pangeran Diponegoro diputuskan untuk diasingkan ke luar Pulau Jawa tepatnya ke Manado ((1830-33) kemudian Makassar (1833-55).

Kini, ruang tempat Pangeran Diponegoro diasingkan sementara itu menjadi ruang pameran untuk wisatawan. Ruangan Pangeran Diponegoro di Museum Fatahillah diresmikan pada Selasa, 2 April 2019.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com