Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Si Pitung dan Jurus Menghilang yang Buat Kompeni Pusing Tujuh Keliling

Kompas.com - 17/08/2020, 12:00 WIB
Jimmy Ramadhan Azhari,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Robin Hood dari tanah Betawi, kata-kata itu yang sering tersematkan bagi Si Pitung.

Bagi orang Betawi, Pitung memang dibanggakan sebagai pahlawan. Ia rela membahayakan diri dengan mencuri rumah-rumah orang kaya demi menghidupi rakyat jelata.

Akan tetapi bagi kompeni (penjajah asal Belanda) Pitung diketahui sebagai penjahat yang susah ditumpas.

Dari cataran sejarah, Pitung hidup di akhir tahun 1800-an.

Dalam buku Sejarah Kampung Marunda yang diterbitkan Dinas Museum dan Sejarah Pemprov DKI Jakarta disebutkan, Pitung adalah anak bungsu dari empat bersaudara, yakni dua abang dan satu empok (kakak perempuan).

Baca juga: Mempelajari Sejarah Rumah Si Pitung, Rumah yang Tak Pernah Dihuni Si Pitung...

Pitung dikenal sebagai anak yang cerdas, sopan, soleh, serta taat menjalankan ajaran agama Islam yang dianutnya. Dia rajin belajar ilmu silat dari gurunya, Haji Naipin di Rawabelong hingga menjadi anak kesayangannya.

Saking sayang sama muridnya, sang guru memberikan semua ilmu silatnya, termasuk ilmu kekebalan diri.

Dari ilmu ini lah Pitung menjalankan aksi-aksinya merebut harta si kaya demi si miskin.

Ilmu menghilang

Dalam buku Batavia Kisah Jakarta Tempo Doeloe karangan Intisari, diceritakan bagaimana Pitung menggunakan salah satu ilmunya yakni menghilang.

Waktu itu, Pitung sedang berkunjung ke sebuah rumah kenalannya bernama Tempang. Tiba-tiba schout Van Hinne (polisi Belanda) datang mencarinya.

Baca juga: Menengok Rumah Si Pitung, Destinasi Bersejarah di Ujung Jakarta

Lalu ia berpesan kepada si pemilik rumah agar tidak memberi tahu Van Hinne bahwa ia bersembunyi di dapur.

Saat datang, jadilah Van Hinne menggeledah rumah tersebut. Setiap inci rumah termasuk dapur diperiksa dengan cermat. Tetapi, Pitung tak ditemukan.

Setelah Van Hinne pergi, Pitung kembali muncul di dapur.

Jejak di Marunda

Pada tahun 1992, Penerintah Provinsi DKI Jakarta menetapkan sebuah rumah di Marunda, Cilincing, Jakarta Utara sebagai cagar budaya.

Rumah panggung bercat coklat tua itu memiliki 15 meter dan lebar lima meter itu diberi nama Rumah Si Pitung.

Dikutip dari harian Kompas, rumah ini sejatinya bukanlah rumah asli milik Pitung. Ia dikenal sebagai warga Rawabelong, Jakarta Barat.

Lantas, mengapa rumah panggun tersebut yang dijadikan cagar budaya bernama Rumah Si Pitung?

Konon, rumah tersebut sejatinya adalah milik H Safiudin, orang lokal Marunda yang dikenal sebagai juragan kapal ikan.

Baca juga: Jejak Sunyi Si Pitung di Marunda

Di tahun 1892, Si Pitung dan kawan-kawan merampok rumah tersebut. Beritanya termuat dalam koran Hindia Olanda edisi 10 dan 26 Agustus 1892.

Mulai dari situ, jadilah Si Pitung dikenal dengan aksi-aksi pencuriannya. Hal ini tentu membuat Schout Van Hinne pusing kepala.

Sewaktu jadi buronan Belanda, disebutkan bahwa Pitung pernah tinggal di Marunda selama beberapa waktu.

Petualangan Si Pitung berakhir setelah Van Hinne memergoki "Robin Hood Betawi" itu dan berhasil menang dalam duel tembak-menembak. Beritanya termuat dalam Hindia Olanda, 18 Oktober 1893.

Bukan bangunan asli

Sebenarnya rumah Pitung di Marunda itu bukan bangunan aslinya lagi.

Rumah panggung itu awalnya dibangun tiga kamar, tetapi kemudian dua di antaranya dibongkar sehingga tinggal satu kamar, tanpa perabot.

Lantas bagaimana prosesnya tiba-tiba menjadi Rumah Si Pitung?

Namanya mulai dikenal setelah Pemprov DKI Jakarta membangun kembali rumah di lahan bekas milik Syafiuddin untuk mengabadikan nama Pitung, dan ditetapkan sebagai cagar budaya 1992.

Pemprov DKI membuat bangunan tersebut kembali seperti aslinya dulu.

Semua bangunan terbuat dari papan kayu jati, dan beberapa bagian ada besi, seperti jeruji jendela dan penyangga atap.

Tiang penopang bangunan ada 40 buah, tingginya dua meter, tinggi bangunan juga dua meter. Karena bentuknya seperti itu, ruangannya pun tampak pendek, apalagi kalau melewati pintu, pengunjung harus merunduk.

Lantai dari papan kayu jati, semuanya baru. Ada sepuluh jendela yang berdaun pintu dan berjeruji, sedang dua lainnya tanpa jeruji dan daun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com