Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

JK Minta Semua Pihak Tunggu Keputusan BPOM soal Penemuan Obat Covid-19

Kompas.com - 23/08/2020, 14:52 WIB
Irfan Kamil,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umun Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla (JK) meminta semua pihak menunggu keputusan Badan Pemeriksa Obat dan Makanan (BPOM) terkait izin edar dan produksi obat Covid-19.

Hal itu, terkait obat Covid-19 yang dikembangkan Universitas Airlangga (Unair) berkerjasama dengan TNI dan BIN.

“Yang menentukan layak edar atau tidaknya suatu produksi obat adalah instansi berwenang dalam hal ini BPOM karena itu obat, kalau vaksin tentunya yang tentukan laboratorium” ujar JK saat menghadiri acara donor darah, Minggu (23/8/2020).

Baca juga: BPOM: Uji Klinis Obat Covid-19 Unair Belum Valid, Harus Diperbaiki

Terkait vaksin Covid-19, JK mengatakan, Indonesia membutuhkan kerja sama dengan pihak lain, Sebab biaya untuk memproduksi sebuah vaksin tidak murah.

“Untuk vaksin sendiri memang kita harus berkerja sama secara global karena biaya riset dan produksinya tidak murah” ujar JK.

Pada kesempatan yang sama JK berterima kasih kepada seluruh donor yang mengikuti acara donor darah untuk PMI.

JK berpesan agar masyarakat tidak perlu takut menjad donor darah pada masa pandemi, selama protokol kesehatan tetap dijalankan dengan ketat. Hal itu penting dilakukan demi menjaga ketersediaan darah di PMI.

Kepala Badan POM Penny K Lukito membeberkan temuan kritis BPOM terkait uji klinis obat kombinasi baru untuk Covid-19 yang dilakukan Universitas Airlangga.

Dalam konferensi pers yang diadakan Rabu lalu oleh Badan POM RI, Penny berkata bahwa berdasarkan inspeksi per tanggal 28 Juli 2020, ditemukan beberapa gap dalam uji klinis tersebut.

Salah satunya yang tergolong kritis adalah mengenai validitas dari proses uji klinis tersebut dan hasil yang didapatkan.

Penny menjelaskan, suatu riset harus dilakukan secara acak supaya merepresentasikan populasi yang tepat.

Dalam kasus itu, partisipan atau subyek uji klini harus dapat merepresentasikan berbagai derajat keparahan, yakni ringan, sedang dan berat.

Akan tetapi, temuan BPOM menunjukkan bahwa pasien atau subyek yang dipilih untuk mengikuti uji klinis obat kombinasi baru untuk Covid-19 dari Unair belum merepresentasikan keberagaman tersebut.

Bahkan, ada pasien positif Covid-19 tanpa gejala (OTG) yang diberikan intervensi dalam uji klinis. Padahal, sesuai dengan protokol yang ada, OTG tidak perlu diberi obat.

"Kemudian juga hasilnya belum menunjukkan adanya perbedaan yang sangat signifikan. Suatu riset harus menunjukkan bahwa intervensi baru tersebut bisa memberikan hasil yang berbeda dari terapi yang standar," ujar Penny.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com