Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dukungan "Koalisi Gemuk" Bukan Jaminan Menang bagi Pradi-Afifah di Pilkada Depok

Kompas.com - 07/09/2020, 16:29 WIB
Vitorio Mantalean,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Bakal pasangan calon Pradi Supriatna-Afifah Alia akan maju di Pilkada Depok 2020 dengan didukung koalisi gemuk. Pradi-Afifah diusung Gerindra dan PDI-P, serta didukung pula oleh Golkar, PAN, PKB, dan PSI, sehingga total pasangan itu mendapat 33 kursi (65 persen) di DPRD Depok.

Pradi-Afifah juga mendapat sejumlah partai yang tidak punya kursi di DPRD, yaitu Perindo, Nasdem, dan PBB serta beberapa ormas yaitu Forkabi, FBR, dan Pemuda Pancasila.

Analis politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno berpendapat, koalisi gemuk itu bukan jaminan bagi Pradi-Afifah untuk memang di Pilkada Depok 2020.

"Dalam pilkada seringkali banyak kejadian bahwa atau koalisi gemuk tidak berarti apa-apa untuk menang. Malah, kadang yang hanya didukung oleh sedikit partai itu yang memenangkan pertarungan. Seringkali dukungan partai tidak berbanding lurus dengan tingkat keterpilihan," kata Adi kepada Kompas.com, Senin (7/9/2020).

Baca juga: Dikeroyok Koalisi Gemuk di Pilkada Depok, PKS Dianggap Musuh Bersama karena Berkuasa 3 Periode

Pradi-Afifah bakal berhadapan dengan bakal pasangan calon, Mohammad Idris-Imam Budi Hartono yang diusung PKS, Demokrat, dan PPP.

Kendati hanya bermodal 17 kursi di DPRD, PKS diprediksi tetap tak mudah takluk, terutama karena Depok sudah dikenal sebagai basis massa dan kader partai dakwah tersebut.

Soliditas mesin PKS melalui para kader dan relawannya yang begitu kuat hingga ke level akar rumput telah membuatnya partai itu selama tiga periode berkuasa di Depok hingga hari ini.

Fakta bahwa Gerindra dan PDI-P menjadi partai dengan perolehan suara tertinggi di Depok di atas PKS pada Pileg 2019 lalu, juga tidak memberi jaminan apa pun bagi Pradi-Afifah, lanjut Adi.

"Kemenangan di pileg tidak bisa diukur sebagai kekuatan di pilkada. Gerindra dan PDI-P bisa menang bukan gara-gara partai, tetapi karena kerja caleg-caleg yang sedang bertarung untuk memenangkan kursi," kata Adi.

"Kedua, kenapa di berbagai tempat PDI-P dan Gerindra itu menang (Pileg 2019), karena ada Jokowi dan Prabowo maju, jadi secara kepartaian mereka (caleg) ikut terpilih. Problemnya, di pilkada ini, mesin pemenangan partai, juga orangnya, beda," ungkapnya.

Adi tak sepakat bila anggota legislatif dari PDI-P dan Gerindra dapat menjadi semacam influencer di dapilnya masing-masing buat memenangkan Pradi-Afifah di pilkada nanti.

Menurut dia, paradigma politik para calon dan anggota legislatif tidak bekerja dengan cara itu.

"Ada mungkin satu atau dua yang mau, tapi selebihnya mereka memilih diam. Karena bagi seorang anggota dewan, isunya adalah bagaimana mereka terpilih lagi lima tahun mendatang," kata dia.

"Apa jaminannya Pradi bisa memenangkan sang anggota dewan terpilih kembali lima tahun mendatang? Tidak ada. Politik kita berbasiskan kepentingan soal apa yang bisa diperoleh dari si calon di pilkada," tambah Adi.

"Jadi, sekalipun koalisi gemuk karena didukung oleh banyak kursi di DPRD, tidak otomatis memudahkan Pradi untuk memenangkan pertarungan," ujar dia.

Pilkada Depok 2020 hanya akan punya dua pasangan calon setelah pendaftaran bakal pasangan calon ke KPU ditutup Minggu kemarin.

Kedua bakal calon meruapakn petahana yang memilih "pisah ranjang" dan beralih head to head pada Pilkada Depok 9 Desember 2020.

Wali Kota Depok Mohammad Idris, kalangan nonpartai yang dekat dengan PKS, bakal berupaya memperoleh periode kedua kekuasaannya. Ia akan berduet dengan kader PKS, Imam Budi Hartono yang telah 2 periode duduk di DPRD Jawa Barat.

Sementara itu, Pradi Supriatna, wakil wali kota saat ini sekaligus Ketua DPC Gerindra Depok, akan berusaha mendepak Idris lewat pilkada. Ia akan berpasangan dengan Afifah Alia, kader perempuan PDI-P yang gagal lolos ke Senayan pada Pileg 2019.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com