JAKARTA, KOMPAS.com - Pihak PT Kimia Farma tengah menelusuri kasus dugaan kekerasan seksual dan pemerasan di bandara Soekarno-Hatta. Kasus ini terungkap setelah korban memaparkan kronologinya melalui media sosial.
"Kasus ini sedang kami dalami, begitu intinya," kata Direktur Utama PT Kimia Farma Adil Fadillah Bulqini saat dikonfirmasi Kompas.com, Sabtu (19/8/2020).
Baca juga: Cerita LHI Mengalami Kekerasan Seksual Saat Rapid Test di Bandara Soekarno-Hatta
Namun Adil enggan menjelaskan sudah sejauh mana pihak Kimia Farma mendalami kasus tersebut.
Ia juga enggan memberikan informasi detail terkait kronologi kasus yang diduga dilakukan oleh pegawai Kimia Farma.
"Nanti kita akan ada rilis dengan Angkasa Pura II juga. Sedang diperiksa masih dalam proses," kata dia tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.
Baca juga: Seorang Wanita Mengaku Alami Pelecehan Seksual Saat Rapid Test di Soekarno-Hatta
Kasus ini terungkap dari cuitan pemilik akun Twitter @listongs berinisial LHI. Ia menceritakan peristiwa kekerasan seksual dan pemerasan oleh oknum penyedia jasa rapid test.
Menurutnya, peristiwa itu terjadi pada 13 September lalu saat ia hendak terbang dari Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta menuju Nias, Sumatera Utara.
"Saya penerbangannya kan jam 6 (pagi), enggak sempat rapid juga di RS (rumah sakit). Jadi saya di bandara jam 4 pagi, sekalian mau rapid test di bandara," ujar dia kepada Kompas.com, Jumat (18/9/2020) malam.
Baca juga: Dilecehkan di Bandara Soetta Setelah Rapid Test, Korban Mengaku Trauma Mendalam
LHI kemudian melakukan rapid test di fasilitas milik Kimia Farma, Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta.
Setelah rapid test, LHI mengatakan, petugas pria yang memeriksanya secara tak terduga melakukan pelecehan seksual.
Awalnya, petugas itu mengatakan hasil rapid test LHI reaktif.
"Ya sudah saya mikir enggak jadi ke Nias karena takut nularin juga orang-orang di Nias," kata dia.
Namun, petugas menyarankan agar LHI melakukan tes ulang dan menjamin akan memberikan hasil nonreaktif pada tes kedua. Korban bingung karena merasa ada sesuatu yang tidak beres, tetapi kemudian mengikuti usulan itu.
Baca juga: Soal Tweet Pelecehan Seksual di Bandara Soetta, Polres Bandara Belum Terima Laporan
Setelah LHI mendapat hasil nonreaktif dan hendak menuju tempat keberangkatan, terduga pelaku rupanya mengejar dan menghampirinya. Petugas itu, kata LHI, meminta sejumlah uang untuk keterangan nonreaktif yang dikeluarkannya.
Korban pun merasa diperas oleh pelaku.
"Orangnya manggil, kemudian ngobrol minta duit gitu," kata dia.
Karena tidak mau ribet pada pagi itu, LHI kemudian mentransfer uang sebesar Rp 1,4 juta melalui ponselnya ke rekening pribadi terduga pelaku.
Setelah itu, tanpa diduga, pria tersebut melakukan kekerasan seksual dengan mencium korban dan meraba bagian dada. Hal itu membuat korban syok dan trauma.
"Saya nangis. Kaget," kata dia.
Kondisi bandara saat itu masih sepi, sekitar pukul 04.00 WIB. Korban yang dalam keadaan syok merasa tidak bisa melawan ataupun teriak meminta tolong.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.