Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Digemari Masyarakat, Ini Alasan Harga Janda Bolong Melambung

Kompas.com - 01/10/2020, 20:21 WIB
Rosiana Haryanti,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi membuat banyak orang mencari kegiatan baru guna mengurangi rasa penat. Salah satunya adalah berkebun.

Untuk diketahui, salah satu jenis tanaman yang sedang tren adalah Monstera Adansonii Variegata atau yang lebih dikenal dengan sebutan Janda Bolong.

Harganya pun fantastis, bisa mencapai ratusan juta rupiah.

Salah satu penjual tanaman ini, Josh (30) mengatakan, untuk jenis ini, bibit tanaman dijual paling murah seharga Rp 2 juta-Rp 3 juta.

Baca juga: Mengenal Janda Bolong atau Monstera Adansonii, Tanaman Hias yang Sedang Diminati

Setelah beberapa waktu, bibit tanaman yang tumbuh dengan baik bisa dijual hingga Rp 5 juta.

Josh menceritakan, pada awalnya, monstera merupakan salah satu jenis tanaman yang cukup langka di Indonesia.

Namun alasan lain mengapa monstera booming di masyarakat lantaran adanya cerita mengenai seorang petani di daerah Bogor yang berhasil menjual tanamannya kepada orang Jepang dengan harga mencapai Rp 120 juta.

"Tadinya monstera jenisnya masih sangat langka di Indonesia. Nah dia punya jenis Variegata. Kemudian ada orang Jepang beli tanamannya sekitar 120 juta, hanya 6 daun," kata Josh kepada Kompas.com, Rabu (30/9/2020).

Baca juga: Dirumahkan karena Pandemi, Pasangan Ini Raup Belasan Juta Rupiah dari Bisnis Tanaman Hias

Sejak saat itulah, popularitas monstera meningkat pesat. Alasan lainnya adalah adanya kombinasi warna putih dan hijau pada daun Janda Bolong.

Selain itu, ada beberapa kondisi yang menentukan mahal tidaknya harga tanaman.
Pertama adalah kondisi daunnya. Daun monstera yang baik, biasanya terdapat lubang-lubang yang menjadi ciri khasnya.

Tanaman ini sudah dikenal di kalangan pencinta tanaman hias. Bentuknya yang unik, biasa digunakan untuk memperindah ruangan.

Bahkan banyak cafe maupun restoran yang memanfaatkan tanaman ini sebagai hiasan untuk interiornya.

Kemudian, kondisi akar juga haruslah kuat. Jumlah daun juga menentukan harga. Jika ukurannya sudah cukup besar, tanaman hias ini akan dihargai per helai daun.

Fator lainnya adalah keindahan tanaman. Bentuk monstera yang memiliki lubang-lubang pada daun dianggap memiliki keindahan tersendiri dibandingkan dengan jenis tanaman hias lain.

Meski begitu, ada alasan lain yang menyebabkan melambungnya harga Janda Bolong.

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran (Unpad) Syariful Mubarok, seperti diberitakan Kompas Lifestyle, Rabu (28/9/202) menyebutkan, harga tanaman ini melambung naik bukan karena teknik budidaya yang sulit.

Nilai jual Janda Bolong yang mencapai ratusan juta saat ini merupakan bentuk dari permainan harga.

Baca juga: Harga Janda Bolong Meroket, Pakar Unpad Angkat Bicara...

“Ini hanya sebatas dari permainan dagang atau harga untuk tanaman hias,” kata Syariful.

Fenomena serupa pernah terjadi saat harga Anthurium atau Gelombang Cinta meroket pada 2007 silam.

Namun popularitasnya diprediksi bisa menurun. Syariful menjelaskan, jika sudah banyak yang produksi tanaman ini, maka akan mengakibatkan harga di pasaran menjadi turun drastis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com