Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kongres Sumpah Pemuda Ternyata Pernah Digelar di Area Gereja Katedral

Kompas.com - 31/10/2020, 08:08 WIB
Wahyu Adityo Prodjo,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Berbicara tentang Hari Sumpah Pemuda yang setiap tahun diperingati pada 28 Oktober, yang lekat dalam benak pikiran adalah Museum Sumpah Pemuda.

Para pemuda dari beraneka latar belakang suku, agama, juga golongan mengikrarkan Sumpah Pemuda untuk mencintai persatuan Indonesia.

Di gedung yang dulu bernama Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106 milik Sie Kok Liong itu menjadi rumah kos para pelajar pejuang.

Mereka yang pernah tinggal di situ antara lain Mohammad Yamin, Mohammad Tamzil, Aboe Hanifah, Amir Sjarifuddin, dan AK Gani.

Baca juga: Kramat Raya 106, Rumah Kos Bersejarah Saksi Bisu Sumpah Pemuda

Namun, sehari sebelum tercetusnya ikrar Sumpah Pemuda, ternyata Kongres Pemuda II digelar di Gedung Katholieke Social Bond (KSB, Perhimpunan Sosial Katolik) pada Sabtu, 27 Oktober 1928. Gedung tersebut terletak di area Gereja Katedral, Jakarta.

Di gedung tersebut, anggota KSB dan Katholieke Jongenlingen Bond (Perhimpunan Pemuda Katolik) berkumpul dan beraktivitas.

Fakta tersebut dinyatakan oleh pemandu Wisata Kreatif Jakarta, Ira Lathief, dalam wisata virtual bertema Sumpah Pemuda pada Rabu (30/10/2020) malam.

"Cerita peran Gereja Katolik Katedral terhadap Sumpah Pemuda banyak terlewatkan. Di tanggal 27 Oktober, itu diselenggarakan Kongres Sumpah Pemuda di tempat lain, yaitu Perkumpulan Pemuda Katolik. Itu sekarang jadi aula Museum Katedral," ujar Ira.

Baca juga: Wisata Virtual, 3 Museum Napak Tilas Sumpah Pemuda di Jakarta

Ide terjadinya Kongres Pemuda II di area Gereja Katedral muncul dari aktivis Jong Ambon, Johannes Leimena. Saat itu, Leimena mengusulkan untuk kepada para aktivis lain untuk menggunakan aula Gedung Katholieke Social Bond.

"Waktu itu aktivis-aktivis berkumpul di kos-kosan (Indonesische Clubgebouw). J Laimena itu kan Katolik. Dia usul Kongres Pemuda II di aula tesebut (Katholieke Jongenlingen Bond)," kata Ira.

Usul Leimena disetujui oleh para aktivis yang biasa berkumpul di Indonesische Clubgebouw. Waktu itu, dibutuhkan ruangan dengan luas yang lebih besar agar bisa menampung banyak peserta kongres.

Baca juga: Para Tokoh di Balik Peristiwa Sumpah Pemuda yang Perlu Diketahui...

Dikutip dari harian Kompas, Mohammad Yamin berpidato tentang pemuda bagi ”Persatoean dan kebangsaan Indonesia” dengan lima faktor penting, yaitu sejarah, bahasa, hukum/adat, pendidikan, dan kehendak bersatu di aula Gedung Katholieke Social Bond.

Dalam kongres yang dihadiri oleh 750 orang itu terlibat utusan dari pelbagai organisasi pemuda di Tanah Air. Mereka berbeda-beda suku, agama, juga golongan.

Ada perwakilan dari Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), Pemuda Indonesia, Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Bataks Bond, Jong Celebes, Jong Ambon, Jong Islamieten Bond, Pemuda Kaum Betawi, Sekar Rukun, dan sebagainya.

Baca juga: Jarang Disorot, Ini 3 Peran Penting Etnis Tionghoa dalam Sumpah Pemuda

Di antara mereka ada nama Sugondo Djojopuspito, RM Joko Marsaid, Amir Sjarifudin, Johan Mohammad Cai, R Katjasoengkana, Johannes Leimena, RCL Sendoek, Arnold Monotutu, Agustine Magdalena Waworuntu, dan Mohammad Rochjani Su’ud.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com