"Kalau penghasilannya cuma Rp 100.000 sehari enggak cukup kan. Buat bahan bakar aja enggak cukup, gara-gara corona begini kita benar-benar ini susah benar hidup ini," keluhnya.
Selama tidak berlayar, Udin berusaha mengais rezeki dengan memperbaiki perahu nelayan lain yang rusak dan menyewakan perahunya bila ada orang yang ingin memancing ke tengah perairan.
Baca juga: Kisah Denny Si Manusia Got, Menyelam ke Comberan demi Hidupi Anak Istri...
Sedangkan ketiga anak laki-lakinya bekerja mengangkut barang dari kapal-kapal besar di Pelabuhan Sunda Kelapa.
Himpitan ekonomi membuat Udin tidak terlalu peduli dengan virus corona tipe 2 yang bisa kapan saja menjangkitinya.
Ia mengaku tak pernah mengenakan masker bahkan ketika sedang berada di keramaian sekali pun.
"Wah kalau saya ke Glodok, ke mana-mana saya enggak pernah pakai masker atau apa, saya bilang mau ngapain? Ini enggak ada apa-apanya, engak pernah, saya enggak mau, kalau memang kena (tertular), silakan," ujar Udin dengan kening yang mengkerut.
"Orang masih mau makan, gimana? Lebih baik saya mati berdarah daripada mati kelaparan," tambahnya.
Meski demikian, Udin masih berharap akan adanya keajaiban dari masa-masa berat ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.